Ekonom Minta Waspadai Tingginya Inflasi Hingga Akhir Tahun
BPS mencatat inflasi pada Juni 2022 sebesar 0,61 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist Bank Permata Josua Pardede meminta adanya kewaspadaan atas tingginya inflasi yang bakal melebihi perkiraan tiga persen plus minus satu persen pada akhir tahun. "Kita juga melihat ada beberapa risiko terkait dengan kenaikan inflasi global yang bisa berpotensi memengaruhi inflasi domestik," kata Josua di Jakarta, Selasa (19/7/2022).
Josua mengatakan, tingginya inflasi bisa menjadi penghambat terbesar pertumbuhan ekonomi karena dapat memengaruhi daya beli masyarakat dan tingkat konsumsi secara keseluruhan. Saat ini, tingginya laju inflasi menjadi perhatian khusus di berbagai negara karena berpotensi memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan dan memperketat likuiditas yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mencatat inflasi pada Juni 2022 sebesar 0,61 persen, sehingga inflasi tahun ke tahun (yoy) mencapai 4,35 persen atau yang tertinggi sejak Juni 2017. Bank Indonesia (BI) melalui Survei Pemantauan Harga juga mencatat inflasi untuk Juli 2022 hingga minggu kedua telah mencapai 0,59 persen karena tingginya harga cabai merah, bawang merah serta tarif angkutan udara.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan inflasi akhir tahun 2022 bisa berada pada kisaran 4,2 persen (yoy) atau melebihi sasaran tiga persen plus minus satu persen, karena pengaruh kondisi global. Meski berpotensi melewati sasaran, ia menyakini kondisi inflasi Indonesia masih lebih baik dari negara-negara lain, karena adanya koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan dalam stabilisasi harga.