Bencana Garut Dinilai Sebagai Dampak Pemanasan Global
Bencana banjir dan longsor terjadi di 14 kecamatan yang berada di Kabupaten Garut.
REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Akhir pekan lalu, bencana banjir dan longsor terjadi di 14 kecamatan yang berada di Kabupaten Garut. Akibat peristiwa itu, sebanyak 6.314 KK atau 19.546 jiwa terdampak dan 242 KK atau 785 jiwa sempat mengungsi.
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil, mengatakan, bencana yang terjadi di Kabupaten Garut merupakan dampak dari pemanasan global yang saat ini terjadi. Sebab, kejadian bencana hidrometeorologi itu terjadi di masa yang sebelumnya telah diprediksi merupakan musim kemarau.
"Ini adalah contoh pemanasan global yang membuat cuaca tidak menentu. Kan harusnya ini musim kemarau," kata dia saat mengunjungi lokasi terdampak bencana banjir bandang di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Kamis (21/7/2022).
Dengan cuaca yang makin tak menentu, ia menilai, potensi kejadian bencana makin sulit untuk diantisipasi. Ditambah lagi, sejumlah lahan sudah dalam kondisi kritis.
Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, meminta masyarakat untuk dapat kembali melakukan penghijauan lahan yang sudah kritis. Apabila menemukan lahan-lahan kritis yang tak bisa ditangani secara swadaya, masyarakat diminta melaporkannya kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar.
"Laporkan ke Pemprov Jabar kalau menemukan lahan bukit yang gundul. Itu nanti penanaman bisa kita lakukan demgan berkolborasi," ujar dia.
Emil menyebutkan, masalah lingkungan bukanlah semata urusan negara. Seluruh pihak dinilai memiliki peran untuk menjaga kondisi lingkungan.
Ia mengatakan, Pemprov Jabar juga telah menanam lebih dari 56 juta pohon dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, pihaknya juga terus melakukan penanaman mangrove di sejumlah wilayah pantai.
"Itu sebagai komitmen untuk mengatasi ini dan akan terus kami lakukan. Apalagi sudah ada ratusan hektare tanah di Jabar jadi laut," kata dia.