Varian Baru Bermunculan, Reinfeksi Covid-19 Bisa Terjadi Secepat Ini

Orang yang sudah pernah kena Covid-19 masih bisa mengalami reinfeksi.

www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi). Kasus reinfeksi masih belum bisa dicegah, namun sebagian besar kasusnya cenderung lebih ringan karena tubuh masih memiliki ingatan respons imun.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan mulanya memperkirakan bahwa infeksi SARS-CoV-2 dapat menghasilkan perlindungan alami terhadap Covid-19 yang bisa bertahan selama setidaknya enam bulan. Akan tetapi, kemunculan varian-varian baru yang lebih menular membuat kasus reinfeksi bisa terjadi lebih cepat.

Salah satu varian dengan tingkat penularan yang tinggi adalah varian BA.5. Sejak kemunculan varian ini, ada semakin banyak kasus reinfeksi yang terdeteksi pada para penyintas Covid-19.

Menurut asisten profesor di bidang mikrobiologi-imunologi dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, Pablo Penaloza MacMaster, reinfeksi bisa terjadi akibat beberapa alasan. Salah satu di antaranya adalah kewaspadaan dan upaya pencegahan yang mulai mengendur.

"Seperti menggunakan masker dan jaga jarak," jelas MacMaster, seperti dilansir Huffington Post, Jumat (22/7/2022).

Hal lain yang bisa menyebabkan terjadinya reinfeksi adalah mulai menurunnya kadar antibodi dalam tubuh serta adanya berbagai mutasi yang terjadi pada virus SARS-CoV-2. Kondisi ini membuat varian-varian baru, terutama berbagai subvarian omicron, menjadi lebih mudah menghindar dari imunitas tubuh.

Subvarian omicron BA.5 misalnya, memiliki beberapa mutasi pada bagian spike protein. Mutasi tersebut memungkinkan varian baru ini untuk lebih mudah mengikat ke sel-sel tubuh.

"Mutasi-mutasi ini tampak membantu virus untuk tidak begitu terlihat oleh antibodi yang diproduksi tubuh dari infeksi sebelumnya dan vaksinasi," jelas MacMaster.

Pada kondisi terkini, masih cukup sulit untuk memprediksi seberapa cepat reinfeksi bisa terjadi. Akan tetapi, dokter spesialis penyakit menular dari Yale Medicine, Albert Shaw, mengungkapkan bahwa beberapa orang mengalami reinfeksi hanya empat pekan atau satu bulan sejak infeksi sebelumnya terjadi.

Sejauh ini, kasus reinfeksi masih belum bisa dicegah. Akan tetapi, sebagian besar kasus reinfeksi cenderung lebih ringan karena tubuh masih memiliki ingatan respons imun. Ingatan ini kemungkinan akan bertahan di dalam tubuh hingga beberapa tahun.

Beberapa gejala yang umum ditemukan pada kasus reinfeksi adalah sakit kepala, batuk, demam, lelah, dan kesulitan bernapas. Namun, ada pula kasus reinfeksi yang tak menunjukkan gejala.

Baca Juga


Meski gejalanya cenderung lebih ringan, kasus reinfeksi bisa memicu masalah kesehatan baru. Sebuah studi dari Washington University School of Medicine menemukan bahwa infeksi Covid-19 berulang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang menetap setelahnya, seperti masalah paru dan jantung serta gangguan pencernaan atau ginjal.

Vaksin dan booster masih bekerja dengan baik untuk melindungi masyarakat dari risiko sakit Covid-19 berat, meski varian-varian baru bermunculan. Vaksinasi dapat memicu respons imun yang lebih kuat dalam mencegah Covid-19 berat, oleh karena itu, pemberian dosis booster menjadi sangat penting.

"Vaksin dan riwayat infeksi sebelumnya masih memberikan perlindungan terhadap sakit berat dan sakit serius, jadi itu sisi baiknya," ungkap ahli epidemiologi penyakit menular dari Stanford Medicine, Julie Parsonnet.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler