Studi: Vaksin Booster Ketiga Pfizer Netralkan 20 Varian Berbeda

Kekebalan menurun 20 pekan setelah vaksinasi, namun booster ketiga tampak bermanfaat.

AP Photo/Lynne Sladky
Seorang petugas kesehatan mengisi alat suntikan dengan vaksin Covid-19 Pfizer. Pemberian dosis booster ketiga vaksin Covid-19 Pfizer tampak dapat menetralkan 20 jenis varian SARS-CoV-2.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai bagian dari penelitian University of Surrey membuat peta antigen dari varian terbaru dari virus penyebab Covid-19. Peta ini memungkinkan tim untuk mengidentifikasi dan mengukur dampak setiap varian SARS-CoV-2 pada sistem kekebalan tubuh.

Hasil penelitian memang menunjukkan bahwa kekebalan menurun 20 pekan setelah vaksinasi. Namun, vaksin booster ketiga dari Pfizer-BioNTech membantu sistem kekebalan untuk mengidentifikasi dan menetralisir 20 varian yang berbeda.

Dr Daniel Horton, rekan penulis dan pembaca studi sekaligus pakar virologi veteriner di University of Surrey, menjelaskan munculnya Covid-19, disrupsi yang ditimbulkannya, dan dampak mematikannya pada kehidupan sehari-hari menunjukkan betapa pentingnya bagi komunitas ilmiah untuk bekerja sama untuk mengidentifikasi dan mengarakterisasi penyakit menular dengan cepat.

Horton menjelaskan, ontribusi University of Surrey untuk penelitian ini melalui pemetaan berbagai varian itu merupakan bagian dari upaya kolaboratif 90 juta pound (sekitar Rp 1,3 triliun) untuk mengatasi penyakit zoonosis di Eropa.

Baca Juga


"Ini mencerminkan fokus kami untuk memahami hubungan tak terpisahkan antara kesehatan hewan, manusia, dan tentunya planet yang kita tinggali bersama," ujar Horton, seperti dilansir dari laman Express, Selasa (26/7/2022).

Studi ini dilakukan dalam kolaborasi antara Pirbright Institute, University of Surrey, Imperial College di London, dan Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA). Mereka mencoba untuk memahami respons imun individu berusia 70 sampai 89 tahun yang telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech.

Vaksin Pfizer ini bekerja dengan memicu sistem kekebalan untuk membuat protein berbentuk Y, yang dikenal sebagai antibodi yang dapat menempel pada protein lonjakan (spike protein) yang ditemukan di permukaan virus corona. Jika seseorang terinfeksi SARS-CoV-2, antibodi yang mengikat protein lonjakan mencegah virus menempel dan memasuki sel manusia, sehingga membantu melindungi dari penyakit parah.

Antibodi juga bertindak sebagai "suar". Antibodi akan memperingatkan sistem kekebalan tubuh untuk membantu melawan infeksi.

"Informasi ini dapat membantu kita untuk memahami apakah risiko infeksi terobosan, rawat inap, dan kematian meningkat dengan berkurangnya kekebalan atau varian baru," kata Horton.

Kasus Covid-19 terbaru di Inggris diperkirakan disebabkan oleh subvarian baru omicron, yakni BA.4 dan BA.5. Omicron BA.5 telah menjadi varian virus corona yang dominan di Inggris.

Diperkirakan 78,7 persen dari kasus yang dikonfirmasi di Inggris adalah BA.5. Gejala umum BA.4 dan BA.5 adalah pilek, eakit tenggorokan, sakit kepala, batuk terus menerus, kelelahan, bersin, suara serak, nyeri sendi yang tidak biasa, demam, serta menggigil.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler