Bukan Gara-Gara Aphelion, Ini Penjelasan Suhu Dingin Menurut BMKG

Beberapa daerah mengalami penurunan suhu yang drastis.

Dok. UPTD Dieng
Embun Beku yang berada di kawasan Candi Dieng.
Rep: Amri Amrullah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan hoaks informasi yang viral via media sosial soal fenomena Albelian atau Alphelion, yang menyebut suhu di Indonesia akan menjadi lebih dingin pada Agustus mendatang. Ia berharap masyarakat tidak percaya dan menyebarkan begitu saja informasi yang tidak benar itu ke media sosial.

Baca Juga


 

Deputi Bidang Meteorologi, Mulyono R. Prabowo menjelaskan informasi hoaks atau salah terkait cuaca dan meteorologi seperti itu sudah sering viral di media sosial, dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Karena itu ia berharap masyarakat tidak langsung percaya dengan kabar tersebut.

 

"Iya… berita seperti ini sudah beberapa kali beredar.. dan berita tidak benar," kata Mulyono kepada wartawan, Rabu (27/7/2022).

 

Ia menjelaskan secara sederhana kawasan di Indonesia hanya terdapat dua musim, musim penghujan dan musim kemarau. Ketika Bumi beredar mengelilingi matahari dengan lintasan edar berbentuk elips dengan elipsitas 0,0167 dan matahari ada di posisi salah satu titik fokus lintasan elips tersebut.

 

Sehingga pada satu saat tertentu, tanggal 4 Januari, bumi pada jarak terdekat dengan matahari, yang disebut pada posisi perihelion yang berjarak terdekatnya dengan Matahari sekitar 147 juta Km. Pada satu saat tertentu yang lain, tanggal 4 Juli, bumi berada pada jarak paling jauh dengan matahari, yang disebut aphelion yang berjarak terjauh dengan matahari sekitar 152 juta Km.

 

"Pada saat terjadi fenomena aphelion, pada umumnya Indonesia (bagian barat dan selatan) sedang mengalami musim kemarau," terangnya.

 

Pada kondisi kemarau, potensi pembentukan awan yang menghalangi pancaran radiasi matahari relatif berkurang. Sehingga pada siang hari radiasi matahari relatif berlimpah yang menghangatkan permukaan bumi dan pada malam hari (permukaan) bumi berfungsi sebaliknya sebagai sumber panas.

 

Kondisi reradiasi bumi pada malam hari ini dapat menyebabkan suhu udara menjadi turun secara drastis. Pada daerah-daerah tertentu (umumnya di dataran tinggi) penurunan drastis suhu udara pada malam hari ini dikenal sebagai masa “bediding”.

 

"Penurunan suhu udara yang drastis ini (di puncak dataran tinggi) bahkan sampai dapat menimbulkan munculnya embun beku (frost)," jelasnya.

 

Dengan demikian bukan berarti semua wilayah Indonesia akan mengalami cuaca yang lebih dingin.

Sebelumnya Plt Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko juga sudah membantah informasi soal fenomena Alphelion tersebut. Menurutnya cuaca dingin disebabkan oleh periode musim hujan, bukan karena Bumi berada di titik terjauh dengan Matahari.

Ia menjelaskan secara umum, wilayah Indonesia juga berada pada periode musim hujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022. "Tidak benar cuaca dingin yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh fenomena Aphelion," tegasnya.

Dia menjelaskan, cuaca dingin disebabkan oleh periode musim hujan, bukan karena Bumi berada di titik terjauh dengan Matahari.

“Memang benar bahwa fenomena Aphelion terjadi ketika titik Bumi berada paling jauh dengan Matahari. Itu karena bentuk orbit tidak berbentuk bulat sempurna, melainkan elips,” kata Urip.

Dikutip dari situs Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena Aphelion merupakan keadaan dimana titik orbit Bumi terjauh dari Matahari. Fenomena Aphelion ini terjadi karena orbit bumi tidak melingkar dengan sempurna melainkan berbentuk elips.

 

Namun justru di belahan dunia yang lain walaupun Aphelion, mengalami gelombang panas seperti di Inggris yang menetapkan rekor panas sepanjang masa dan lebih dari 100 juta orang berada di bawah peringatan berlebihan atau nasihat panas di AS. Di Eropa selatan dan barat, lebih dari 1.100 orang tewas akibat panas di kawasan itu, sementara kebakaran hutan terus berkobar di Prancis dan Spanyol.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler