Biden: Tewasnya Pemimpin Alqaeda Beri Keadilan Bagi Keluarga Korban 9/11
Tewasnya pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri memberikan keadilan
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, tewasnya pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri memberikan keadilan bagi keluarga korban serangan 11 September 2001. Dalam pidato dari Gedung Putih pada Senin (1/8/2022) malam, Biden mengatakan, pejabat intelijen AS melacak Zawahiri ke sebuah rumah di pusat kota Kabul yang menjadi tempat persembunyian dirinya bersama keluarga
Zawahiri dan Osama bin Laden merencanakan serangan 9/11 yang menewaskan ribuan orang. Osama Bin Laden terbunuh di Pakistan pada 2 Mei 2011 dalam operasi yang dilakukan oleh US Navy Seals setelah perburuan selama hampir satu dekade.
"Dia (Zawahiri) tidak akan pernah lagi membiarkan Afghanistan menjadi tempat yang aman bagi teroris karena dia telah pergi dan kami akan memastikan hal serupa tidak terjadi lagi. Pemimpim teroris ini sudah tidak ada lagi," kata Biden.
Operasi intelijen AS ini merupakan kemenangan kontraterorisme yang signifikan bagi pemerintahan Biden. Operasi ini berlangsung 11 bulan setelah pasukan Amerika meninggalkan Afghanistan setelah perang dua dekade. Menurut sumber serangan drone yang menewaskan Zawahiri dilakukan oleh Central Intelligence Agency (CIA). Namun Biden maupun Gedung Putih tidak merinci keterlibatan CIA dalam serangan itu.
Biden memberikan penghormatan kepada komunitas intelijen AS atas kesuksesan operasi tersebut. Menurut pejabat intelijen senior, rumah tempat Al-Zawahri berada ketika dia dibunuh merupakan milik seorang pembantu utama pemimpin senior Taliban, Sirajuddin Haqqani. Pejabat itu menambahkan, tim darat CIA dan pengintaian udara dilakukan setelah serangan pesawat tak berawak mengkonfirmasi kematian Zawahiri.
Selama perang 20 tahun di Afghanistan, AS menargetkan Alqaeda. Hal ini membuat para pemimpin kelompok tersebut bersembunyi. Tetapi mundurnya pasukan AS dari Afghanistan tahun lalu, memberikan kesempatan kepada kelompok ekstremis itu untuk membangun kembali.
Pejabat militer AS, termasuk Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley, mengatakan, Alqaeda sedang mencoba untuk membangun bangkit kembali di Afghanistan. Mereka menghadapi ancaman terbatas dari Taliban yang sekarang berkuasa. Para pemimpin militer telah memperingatkan bahwa Alqaeda masih memiliki keinginan untuk menyerang AS.
Gedung Putih menegaskan, Zawahiri merupakan sosok yang berbahaya. Pejabat senior pemerintah AS mengatakan, Zawahiri terus memberikan arahan strategis, termasuk mendesak serangan ke AS saat bersembunyi. Dia juga memprioritaskan kepada anggota jaringan teror bahwa Amerika Serikat tetap menjadi musuh utama Alqaeda.
Serangan 2001 di World Trade Center dan Pentagon menjadikan Osama bin Laden sebagai Musuh Amerika Nomor Satu. Osama Bin Laden memberikan karisma dan keuangan kepada Alqaeda. Sementara Zawahiri memberikan taktik dan keterampilan organisasi yang diperlukan untuk membentuk militan ke dalam jaringan sel di negara-negara di seluruh dunia.
Pejabat intelijen AS selama bertahun-tahun telah mengetahui jaringan yang membantu Zawahiri, sehingga dia dapat menghindari pejabat intelijen AS yang memburunya. Awal tahun ini, para pejabat AS mengetahui bahwa istri, putri, dan anak-anak Zawahiri telah pindah ke rumah persembunyian di Kabul. Para pejabat akhirnya mengetahui bahwa Zawahiri juga berada di rumah persembunyian di Kabul.
Pada awal April, Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jon Finer dan Penasihat Keamanan Dalam Negeri Elizabeth D. Sherwood-Randall mendapatkan pengarahan tentang pengembangan informasi intelijen terkait keberadaan Zawahiri. Setelah itu, intelijen meneruskan informasi ke Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.
Kemudian Sullivan membawa informasi itu ke Presiden Biden. Menurut pejabat itu, tokoh senior Taliban mengetahui kehadiran Zawahiri di Kabul. Dia menambahkan, pejabat Taliban tidak diberi peringatan sebelumnya tentang operasi tersebut. Di dalam pemerintahan Biden, hanya sekelompok kecil pejabat di lembaga-lembaga utama, serta Wakil Presiden Kamala Harris, yang mengetahui proses operasi intelijen tersebut.
Pada 1 Juli, Biden mendapatkan pengarahan tentang operasi yang direncanakan. Dalam pengarahan itu, presiden memeriksa dengan cermat model rumah tempat Zawahri bersembunyi. Dia memberikan persetujuan terakhirnya untuk operasi pada Kamis (28/7). Zawahiri sedang berdiri di balkon tempat persembunyiannya ketika dua rudal Hellfire diluncurkan dari pesawat tak berawak. Sementara keluarga Zawahiri berada di bagian lain rumah ketika operasi itu dilakukan. Tidak ada orang lain yang diyakini tewas dalam operasi itu.
“Kami memperjelas lagi bahwa, tidak peduli berapa lama, di mana pun Anda bersembunyi, jika Anda adalah ancaman bagi rakyat kami, Amerika Serikat akan menemukan Anda dan membawa Anda keluar,” kata Biden.
Zawahiri memainkan peran besar dalam operasi kelompok Alqaeda. Zawhiri dan Osama bin Laden merencanakan serangan 9/11. Foto-foto saat itu sering menunjukkan bahwa Zawahiri selalu berada di samping Osama bin Laden. Zawahiri telah menggabungkan kelompok militannya di Mesir dengan Alqaeda pada 1990-an.
“Kontingen kuat warga Mesir ini menerapkan pengetahuan organisasi, keahlian keuangan, dan pengalaman militer untuk mengobarkan jihad kekerasan melawan para pemimpin yang dianggap tidak Islami oleh para pejuang dan pelindung mereka, terutama Amerika Serikat,” tulis Steven A. Cook untuk Dewan Hubungan Luar Negeri tahun lalu.
Ketika invasi AS ke Afghanistan pafa 2001 menghancurkan tempat persembunyian Alqaeda, Zawahiri memastikan kelangsungan eksistensi kelompok itu. Dia membangun kembali kepemimpinannya di wilayah perbatasan Afghanistan-Pakistan dan menempatkan sekutu di posisi kunci. Dia juga membentuk kembali organisasi dari perencana serangan teror yang terpusat menjadi kelompok-kelompok kecil yang terafiliasi.
Zawahiri memimpin perakitan jaringan cabang di seluruh wilayah, termasuk di Irak, Arab Saudi, Afrika Utara, Somalia, Yaman dan Asia. Selama dekade berikutnya, Alqaeda memiliki andil langsung dalam serangan di semua wilayah tersebut serta Eropa, Pakistan dan Turki, termasuk pemboman kereta pada 2004 di Madrid dan pemboman pada 2005 di London.
Belum lama ini kelompok afiliasi Alqaeda di Yaman membuktikan dirinya mampu merencanakan serangan terhadap wilayah AS dengan upaya pengeboman terhadap jet penumpang Amerika pada 2009. Termasuk upaya pengeboman tahun berikutnya.