Kampanye LGBT Citayam Fashion Week Jadi Sorotan Lembaga Seni Budaya MUI

Kampanye LGBT di Citayam Fashion Week dinilai sebagai hal yang tak pantas

Republika/Thoudy Badai
Warga bersiap melakukan peragaan busana Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Sejumlah petugas gabungan dari Dishub dan Satpol PP melakukan penjagaan dan normalisasi fungsi zebra cross untuk penyeberangan serta perlintasan kendaraan motordan mobil. Meski demikian, kegiatan fashion show jalanan tersebut masih tetap berlangsung dengan imbauan untuk menjaga ketertiban agar tidak terjadi kemacetan. Republika/Thoudy Badai
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Citayam Fashion Week turut menjadi perbincangan hangat di forum Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI.  

Baca Juga


"Memang di forum LSBPI itu menjadi pembicaraan yang hangat tentang adanya media-media kreasi seni atau tempat-tempat ekspresi seni itu yang disalahgunakan untuk kepentingan kampanye, promosi, dan publikasi perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam, nilai budaya bangsa dan juga dengan konstitusi negara kita, salah satunya kan seperti perilaku menyimpang LGBT," ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenuddin, kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (2/8/2022). 

Menurut dia, kelompok-kelompok yang memiliki perilaku seperti itu memang selalu memanfaatkan dan mencuri peluang. Kelompok ini juga diduga menjadikan peluang fenonema Citayam Fashion Week untuk kampanye LGBT. 

"Sehingga ada peluang apa saja untuk berekspresi, itu selalu dimanfaatkan. Apalagi ini di ruang publik untuk berekspresi bebas, wah itu sangat potensial," ucap dia.  

Pada Selasa (2/8/2022) ini, Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI akan membahas masalah-masalah kekinian dalam acara Multaqa Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia dan Focus Group Discussion (FGD) yang akan digelar di Hotel Sari Pacific Jakarta. Tidak menutut kemungkinan LSBPI juga akan membahas tentang fenomena Citayam Fashion Week. 

Menurut Kiai Jeje, dalam acara FGD tersebut nantinya pada seniman dan budayawan Muslim perlu untuk merumuskan sesuatu agar menjadi pedoman bagi anak muda dalam berkresiasi dan berekspresi. Karena, ada pihak-pihak yang selalu mencuri peluang untuk kampanye LGBT. 

"Nah karena itulah itu perlunya kita merumuskan sesuatu itu untuk menjadi pedoman perilaku berekspresi seni budaya," kata Kiai Jeje.  

Sementara itu, Ketua Panitia Multaqa dan FGD FGD tersebut, Ustadz Erick Yusuf atau yang akrab dipanggil Kang Erick mengatakan, pembahasan FGD tersebut akan dibagi menjadi tiga tema. 

Di antaranya akan membahas budaya Islam yang dipengaruhi  budaya-budaya instan seperti Citayam Fashion Week.  

"Kemudian, pembahasan tema kekiniannya itu bagaimana kemudian budaya-budaya Islam yang dipengaruhi budaya-budaya instan, budaya-budaya kekinian yang kalau kita lihat sebagai satu fenomena ada Citayam Fashion Week misalnya, itu kan budaya instan sebetulnya," ujar Kang Erick saat konferensi pers. 

Baca juga: Jawaban Prof Jimly Ini Perkuat Argumentasi Mengapa Hukum Islam Harus Didukung Negara

 

Namun, menurut Kang Erick, dalam FGD tersebut tidak akan membahas secara khusus tentang fenomena Citayam Fashion Week, tapi lebih membahas fenomena seni budaya secara umum. 

Menurut dia, LSBPI MUI hanya ingin memberikan tuntunan kepada masyarakat untuk melihat mana yang baik dan mana yang tidak.   

"Dalam melihat itu semua bahwa kreativitasnya kita harus support. Tapi nilai-nilai yang destruktif, termasuk LGBT, nilai-nilai yang dinggap negatif tentu kita harus sisir itu," jelas Kang Erick saat diwawancara lebih lanjut.      

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler