Pedagang AK14 Borobudur; Bisa Berjualan Kembali
Para pedagang merasa terdiskriminasi dalam penataan Kawasan Candi Borobudur.
REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Keresahan para pedagang asongan komoditas 14 (AK14) Borobudur mulai terjawab. Mereka bakal menempati lokasi sementara di tempat relokasi bagi pedagang kawasan Candi Borobudur yang sudah ada.
Sebelumnya, para pedagang AK14 ini tidak bisa berjualan sejak pandemi Covid-19 melanda. Nasib mereka pun kian terpuruk setelah terkena relokasi akibat penataan kawasan Candi Borobudur.
Namun audiensi dengan Gubernur Jawa Tengah, yang dilakukan perwakilan para pedagang AK14 di Semarang, Selasa (2/8) ini, membawa 'oleh- oleh' berupa harapan untuk bisa berjualan lagi.
Ketua Umum Serikat Pekerja Wisata Borobudur, Wito Prasetyo --mewakili para pedagang AK14-- mengatakan, para pedagang merasa terdiskriminasi dalam penataan Kawasan Candi Borobudur.
Mereka yang selama ini menempati tempat berjualan di depan Museum Karmawibhangga dipindah dan berbaur di kawasan parkiran bus oleh manajemen PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB).
"Kami merasa diusir dan terdiskriminasi. Sedangkan di tempat kami dulu masih ada kegiatan komersial juga," ungkap Wito kepada gubernur.
Dari audiensi ini, lanjutnya, gubernur kemudian menawarkan solusi, para pedagang AK14 diberikan tempat sementara di tempat relokasi bagi pedagang kawasan Candi Borobudur yang saat ini sudah ada. Usulan ini dinilai gubernur merupakan lokasi paling ideal meskipun bersifat sementara.
Usulan alternatif tempat sementara itu disepqkati para pedagang asongan. Mereka juga bersedia tidak berjualan keliling atau asongan jika disediakan tempat yang jelas.
"Paling tidak ada harapan baru, bagi kami dari pertemuan ini," jelas Wito.
Namun begitu, Wito juga berharap Ganjar bisa segera menyampaikan usulan tersebut kepada PT TWCB. Selain itu para pedagang AK14 juga siap mengikuti aturan jika usulan tersebut terwujud.
Terlebih para pedagang asongan sudah dua tahun tidak jualan dan tidak berpenghasilan. "Karena itu merupakan profesi utama mereka," jelasnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menegaskan solusi yang ditawarkan kepada para pedagang asongan akan segera diusulkan kepada PT TWCB.
Menurutnya, solusi yang ditawarkannya cukup adil. Apalagi titik tersebut sifatnya sementara selama kawasan Candi Borobudur dalam masa penataan.
Menurutnya dalam konteks sementara atau selama masa transisi, penyediaan lokasi sementara dan kemudian dibuat aturannya cukup tepat, sehingga semua bisa terjaga.
Agar kemudian semuanya bisa nyaman dan mereka bisa mencari rejeki. Maka gubernur juga memastikan terus mendampingi para pedagang asongan hingga mencapai kesepakatan dengan PT TWCB.
Tak hanya itu, orang nomor satu di provinsi Jawa Tengah ini juga berharap pihak PT TWCB berkomunikasi lebih intens. Termasuk juga meminta kepala daerah setempat terlibat aktif mendampingi para pedagang.
"Jangan sampai masyarakat sekitar borobudur ini jadi penonton. Mereka mesti dilibatkan karena tertatanya borobudur harapan kita kan juga menambah kesejahteraan mereka, dan bukan kesejahteraan orang tertentu saja," tegasnya.