Alasan Orang tidak Mau Posting 'Foto Jelek' ke Medsos

Bagi sebagian besar orang, hasil foto buruk bisa mengimbas pada kepercayaan diri.

www.freepik.com
Alasan orang tidak mau mengunggah hasil foto buruk ke media sosial. (ilustrasi)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di era media sosial, seseorang mungkin memilih beberapa kali sebelum mengunggah foto diri atau swafoto ke internet. Bagi sebagian besar orang, hasil foto yang buruk bisa menghancurkan harga diri, atau minimal mengimbas pada kepercayaan diri.

Baca Juga


Peneliti citra tubuh terapan di Center for Appearance Research, Nadia Craddock, menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Jika seseorang memiliki citra tubuh yang baik, dia cenderung malu untuk bereaksi negatif terhadap sebuah foto. Akan tetapi, tekanan penampilan hampir tak dapat dihindari.

Tidak peduli keadaan citra tubuh seseorang, foto jelek bisa berdampak akibat adanya tekanan sosial. "Memiliki reaksi negatif terhadap foto diri Anda dapat menjadi pengingat bahwa tekanan masyarakat untuk melihat diri dengan cara tertentu sangat kuat," ujar Craddock, seperti dikutip dari laman Self, beberapa waktu lalu.

Jika foto yang tidak terlihat optimal terlanjur terunggah di media sosial, misalnya lewat akun teman, Craddock menyarankan untuk tidak terlampau memusingkannya. Setelah mengakui bahwa foto itu tidak sepenuhnya ideal, seseorang dapat mencoba mengalihkan fokus kepada hal lain.  

Pada akhirnya, sebuah foto hanyalah gambar dua dimensi, bukan penggambaran secara utuh siapa diri seseorang atau penanda nilai dirinya. Craddock menyarankan untuk menghargai diri sendiri dan melihat melampaui apa yang terlihat pada penampilan di sebuah foto.

Penelitian telah menunjukkan bahwa mempraktikkan rasa syukur dapat mengurangi ketidakpuasan tubuh. Sebuah studi pada 2018 yang terbit di jurnal Body Image menunjukkan bahwa latihan rasa syukur yang berfokus pada tubuh dapat mengurangi bias berat badan dan meningkatkan citra tubuh.

Terapis yang mengkhususkan diri di ranah citra tubuh, Taylor Seegmiller, menyoroti bahwa media sosial mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa seseorang menjadi terlalu fokus pada foto dirinya. Internet dapat menetapkan harapan yang tidak realistis tentang seperti apa bentuk tubuh dan wajah.  

Berbagai fitur seperti filter, penyempurnaan wajah, atau influencer profesional yang selalu mengunggah foto dengan pencahayaan sempurna seolah-olah itu wajahnya "sehari-hari" ikut berpengaruh. Semua itu dapat mengondisikan seseorang untuk mengharapkan kesempurnaan pada foto diri dan berakhir pada penyuntingan.

Tidak seperti cermin, foto yang diunggah secara daring atau dibagikan oleh sekelompok teman dan rekan kerja juga mengalihkan perhatian pada penampilan seseorang di mata orang lain. Seseorang mulai melihat dirinya seperti yang dia pikir orang lain mempersepsikan dirinya.

Seegmiller yang berbasis di New York City mengatakan kemungkinannya adalah seseorang merasa tidak puas tentang penampilan di sebuah "foto buruk" karena apa yang dia anggap mungkin dipikirkan orang lain, bukan karena secara objektif foto itu terlihat buruk. "Kita memproyeksikan ketidakamanan dan penilaian tentang diri kepada orang lain yang melihat foto itu dan membayangkan mereka melihat semua hal itu," kata dia.

Ketika Anda mulai terlalu terobsesi pada penampilan dalam foto, ingatlah bahwa sebenarnya tidak ada yang terlalu peduli selain diri Anda sendiri. Seegmiller mengatakan, foto-foto yang dianggap buruk dan dikhawatirkan merusak reputasi bahkan tidak akan dilihat lebih dari beberapa kali atau selama beberapa detik.

"Orang lain hampir tidak tertarik pada penampilan kita seperti diri kita, mereka juga tidak mengkritik penampilan kita sekeras kita mengkritik diri kita sendiri," ujar Seegmiller.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler