Suplemen Ini Sebaiknya tak Diminum Setelah Usia 50 Tahun

Para ahli mengungkapkan suplemen mana yang harus dihindari setelah usia 50 tahun.

Republika/Reiny Dwinanda
Jenis suplemen yang sebaiknya tidak diminum setelah usia 50 tahun. (Ilustrasi)
Rep: Rahma Sulistya Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika hendak memutuskan untuk mengonsumsi suplemen, maka faktor usia akan menjadi sangat penting. The National Institute on Aging AS mengungkapkan, suplemen makanan mungkin memberikan manfaat untuk segala usia, tetapi itu juga memberikan efek samping yang tidak diinginkan.

Baca Juga


“Suplemen makanan memiliki efek samping yang tidak diinginkan, seperti interaksi obat resep yang tidak aman. Itu juga tidak dapat memberikan manfaat sama sekali,” tulis lembaga itu dilansir laman Eat This Not That, Kamis (4/8/2022).

Saat tubuh berubah, maka kebutuhannya juga akan berubah, sehingga penting untuk memahami suplemen mana yang harus dikonsumsi pada tahap kehidupan dan mana yang dapat membuat perbedaan besar dari segi kesehatan. Para ahli mengungkapkan suplemen mana yang harus dihindari setelah mencapai usia 50 tahun:

1. Zat besi

Clearing Chief Medical Officer, dr Jacob Hascalovici, mengatakan suplemen zat besi dapat bermanfaat bagi penderita anemia, tetapi manfaat itu menurun dengan cepat bagi perempuan setelah usia 50 tahun. Faktanya, suplemen ini mungkin bisa meningkatkan risiko Alzheimer dan penyakit jantung.

“Jadi disarankan untuk menghindarinya setelah usia 50 tahun atau lebih. Tembaga dan zat besi dapat ditemukan di beberapa daging, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian,” ungkap dr Hascalovici.

2. Makanan kemasan dengan tambahan vitamin dan mineral

Apoteker di Ella Community Pharmacy, Becca Rhoades, mengatakan setiap orang membutuhkan dosis multivitamin harian, tetapi apa pun itu jika berlebihan maka dapat berbahaya. Kelebihan vitamin B6 dapat menyebabkan masalah neurologis seperti ketidakseimbangan dan neuropati perifer.

“Suplemen bawang putih, suplemen jahe, dan sejenisnya, dapat meningkatkan risiko pendarahan pada mereka yang sedang mengonsumsi pengencer darah. Kelebihan vitamin A seiring bertambahnya usia, dapat menyebabkan keracunan dan meningkatkan risiko osteoporosis,” kata Rhoades.

3. Ashwagandha

Ahli gizi Trista Best mengatakan, suplemen herbal menjadi semakin populer dan umum, di seluruh usia dan generasi. Namun, ada alasan untuk berhati-hati sebelum menambahkan itu ke konsumsi harian, terutama bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun.

Ashwagandha adalah ramuan yang telah digunakan selama berabad-abad untuk banyak tujuan pengobatan, tetapi mereka yang berusia di atas 50 tahun harus mempertimbangkan kembali. Suplemen herbal ini dapat menyebabkan tekanan darah turun sangat rendah, terutama bagi mereka yang mengonsumsi obat tekanan darah.

“Hal yang sama juga berlaku bagi mereka yang menderita diabetes atau berisiko mengalami kondisi gula darah, ashwagandha dapat mengganggu pengobatan diabetes dan menyebabkan gula darah turun terlalu rendah,” ujar Best.

4. Biotin

Ahli gizi diet Rachel Fine dengan To The Pointe Nutrition menyatakan, mereka tidak menyarankan konsumsi suplemen biotin, khususnya yang dipasarkan untuk rambut, kuku, dan kulit. Meskipun kekurangan biotin diketahui menyebabkan gejala, seperti rambut kering dan menipis.

“Kekurangan biotin sebenarnya sangat jarang, dan asupan harian yang direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan biotin sebenarnya sangat mudah didapat dari makanan, misalnya dengan memasukkan makanan seperti telur, biji-bijian, dan kacang-kacangan,” ujar Fine.

5. Suplemen detoksifikasi

Ahli gizi dan penulis Candida Diet, Lisa Richards, mengatakan banyak yang tergoda untuk beralih ke suplemen detoksifikasi ketika metabolisme mulai melambat dan berat badan perlahan naik. Setelah usia 50 tahun, mungkin sulit untuk menurunkan berat badan ini.

Klaim yang menyebut produk dapat menurunkan berat badan dengan cepat melalui suplemen detoks dapat berbahaya bagi mereka yang berada dalam kategori usia 50 tahun ke atas. Suplemen ini sering kali dapat menyebabkan diare dan kondisi gastrointestinal lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, dan dysbiosis usus.

Dia mengatakan, bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun, efek samping ini dapat memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada. Dehidrasi dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan bahkan kejang.

"Kekurangan nutrisi dapat melemahkan sistem kekebalan, di antara banyak masalah serius lainnya, yang dapat menempatkan kelompok individu ini pada risiko penyakit yang lebih tinggi,” ujarnya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler