Peneliti Sebut Obat Nyeri Opipoid Bisa Sebabkan Kerusakan pada Usus
Opipoid dapat menyebabkan efek samping yang sangat menganggu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obat pereda nyeri umumnya banyak menjadi pilihan banyak orang karena manfaatnya. Sayangnya, obat pereda sakit ini juga sering kali memiliki efek samping.
Opioid, misalnya, atau salah satu jenis golongan obat antinyeri kini diketahui bisa menyebabkan masalah usus bahkan dalam waktu yang lama. Tetapi para ilmuwan belum tahu persis bagaimana masalah ini terjadi.
Satu studi baru mencoba mengulik lebih dalam terkait hal tersebut. Opioid dianggap dapat mengobati nyeri kronis dan akut. Tetapi rupanya itu juga dapat menyebabkan efek samping yang sangat menganggu mulai dari mual, muntah, dan konstipasi pada orang yang mengonsumsi obat-obatan seperti morfin dan co-codamol.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam The American Journal of Pathology pada bulan Mei, kerusakan "dramatis" dan "kematian sel" di usus juga bisa terjadi, disebabkan oleh obat-obatan ini.
Para penulis penelitian memantau beberapa tikus dengan morfin, obat yang biasa diresepkan di Inggris untuk meredakan nyeri. Lainnya diberikan plasebo.
Hasilnya, tikus yang diberi obat mengalami penumpukan asam lambung dan pengosongan lambung yang lebih lambat. Tampaknya itu menyebabkan kerusakan pada usus tikus. “Pengosongan lambung adalah proses mengeluarkan makanan dari perut,” demikian laporan seperti dikutip dari laman Express, Kamis (4/8/2022).
Semakin lama proses ini berlangsung, kian lama pula asam tetap berada di perut dan bisa menyebabkan peradangan pada jaringan di sekitarnya. Para penulis menjelaskan bahwa morfin menyebabkan "gangguan signifikan" sel-sel yang menghasilkan lendir serta yang melapisi perut, atau dikenal sebagai daerah kelenjar. Mereka juga mencatat bahwa ada peningkatan jumlah sel mati atau "sel apoptosis".
“Tanda-tanda ini adalah ciri khas "kerusakan lambung", kata mereka.
Hal yang mengejutkan, para peneliti melihat "kembung dramatis" pada hewan. Volume perut tikus yang diberi morfin terlihat meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan tikus plasebo.
Diperkirakan oleh para ilmuwan bahwa opioid terkait erat dengan bahan kimia yang disebut sitokin Interleukin 6. Spesimin yang diberikan morfin memiliki "tingkat yang lebih tinggi" dari bahan kimia ini. Tikus yang tidak memiliki kadar sitokin IL-6 tinggi tidak memiliki efek negatif yang sama dari morfin.
Interleukin enam adalah bahan kimia yang sangat terkait dengan timbulnya peradangan di sekitar tubuh. Karena penelitian ini didasarkan pada tikus, tidak dapat dipastikan bahwa efeknya juga berhubungan dengan manusia dan mungkin diperlukan lebih banyak eksperimen.
Seberapa umumkah penggunaan morfin? Morfin secara teratur digunakan di Inggris sebagai bagian dari pengelolaan rasa sakit.
Kira-kira satu dari 100 orang diperkirakan mengalami efek samping. National Health Services (NHS) di Inggris menjelaskan, efek samping lain yang diketahui disebabkan oleh kondisi tersebut termasuk sakit kepala, kulit gatal, vertigo, dan mengantuk, jelas NHS.
Dalam beberapa kasus, efek samping morfin dapat menjadi keadaan darurat medis. Jika mengalami kejang atau sesak napas, penting untuk segera mencari bantuan darurat.
Morfin harus digunakan dengan hati-hati. Efek sampingnya, selain berbahaya, dapat memperburuk kualitas hidup penggunanya.
Morfin bisa menjadi obat yang sangat adiktif, tapi ada cara untuk mengelola konsumsi obat dengan lebih baik. Tanda utama kecanduan obat penghilang rasa sakit adalah menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan dan memperoleh serta memulihkan diri dari obat-obatan. Kecanduan obat penghilang rasa sakit juga dapat menyebabkan masalah kognitif seperti penilaian yang buruk dan kebingungan.