Jadi Sebenarnya, Cacar Monyet Sudah Masuk Indonesia atau Belum?

IDI menilai cacar monyet sudah masuk Indonesia hanya saja belum terdiagnosis.

CDC
Ilustrasi foto pada 1997 ini disediakan oleh CDC selama penyelidikan wabah cacar monyet, yang terjadi di Republik Demokratik Kongo (DRC), sebelumnya Zaire, dan menggambarkan permukaan punggung tangan pasien kasus cacar monyet, yang menunjukkan munculnya ruam khas selama tahap penyembuhannya. Cacar monyet atau Monkeypox saat ini tengah mewabah di beberapa negara. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bowo Pribadi, Dian Fath Risalah, Antara

Baca Juga


Hasil PCR seorang pasien yang sebelumnya berstatus suspek terinfeksi penyakit cacar monyet (Monkeypox) di Jawa Tengah telah diketahui. Pasien yang bersangkutan dinyatakan negatif.

Ihwal hasil pemeriksaan PCR pada pasien yang dicurigai cacar monyet di Jawa Tengah disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

“Saya sudah mendapatkan kabar dan hasil pemeriksaan PCR terhadap pasien tersebut negatif Monkeypox,” ungkapnya, Kamis (4/8/2022).   

Ganjar tetap mengingatkan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan kesehatan di daerahnya agar tetap meningkatkan kewaspadaan. Setiap kasus (pasien) yang memiliki gejala-gejala mirip dengan cacar monyet agar segera memeriksakan diri.

”Karena itu langkah yang paling penting untuk mencegah penyakit cacar monyet ini,” tegasnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membenarkan adanya satu pasien suspek cacar monyet di Pati, Jawa Tengah, yang sedang dipastikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Budi mengatakan, pasien yang mengalami gejala demam sejak 19 Juli dan mengalami bintik-bintik ini kemudian dilakukan genome sequencing untuk memastikan apakah terkonfirmasi cacar monyet atau tidak.

"Itu sudah diambil spesimennya di tanggal 29 Juli. Sekarang sedang di genome sequencing di kita di Kemenkes," kata Budi saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (4/8).

Budi mengatakan, hasil akan akan keluar dalam beberapa ke depan.

"Saya rasa harusnya sehari dua hari bisa keluar. Karena genome sequencing itu butuh sekitar tiga hari atau lima hari untuk bisa tahu varianya apa," kata Budi.

Karena itu, kepastian terkait konfirmasi cacar monyet baru diketahui setelah hasil keluar. Dia juga memastikan, hingga saat ini belum ada kasus konfirmasi cacat monyet di Indonesia.

"Memang ada suspek, kemarin ada sembilan suspek di seluruh Indonesia, tapi begitu dikirim ke kita negatif cacar biasa. Ini ada satu di kabupaten Pati, sekarang sedang dites apakah dia cacar monyet," kata dia.

 

 

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, satu kasus suspek cacar monyet yang dilaporkan di Pati, Jawa Tengah, telah dirawat di rumah sakit untuk ditangani sesuai tata laksana kasus cacar monyet. Perihal sampel pemeriksaan pertama, lanjut Maxi, ditemukan hasil negatif, namun Kemenkes masih terus melakukan pendalaman epidemiologi.

"Sampel pertama dari oropharings memang negatif tapi kami minta ambil lagi dari cairan lesi kulit," ujar Maxi saat dikonfirmasi, Kamis.

 

Karikatur Cacar Monyet. - (republika/daan yahya)

 

 

 

Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan kemungkinan besar penyakit cacar monyet sudah masuk ke Indonesia, tetapi belum terdeteksi.

"Ada kemungkinan cukup besar, masih mungkin, estimasi mungkin cukup besar bahwa sebetulnya di kita sudah ada, namun belum terdeteksi," kata Prof Zubairi saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, sudah lebih dari 75 negara melaporkan kasus cacar monyet di negaranya. Sehingga Indonesia kemungkinan juga sudah memiliki kasus yang tidak terdeteksi.

"Mestinya ada kemungkinan besar, sudah ada, cuman belum terdiagnosis," katanya.

Dia menjelaskan salah satu penyebab tidak terdeteksinya cacar monyet adalah jenis penyakit ini masih baru. Sehingga, banyak dokter dan masyarakat yang tidak mengenal gejalanya.

"Jadi, ada kemungkinan cacar monyet, namun diduga oleh pasien, keluarga maupun layanan kesehatan sebagai penyakit lain," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong pemerintah menyediakan hotline untuk melaporkan kasus yang diduga cacar monyet. "Harus ada hotline, jadi kalau curiga ini (cacar monyet) hubungi nomor sekian, nanti akan tindaklanjuti, misalnya dinas kesehatan akan menindaklanjuti, akan mengambil contoh dari kelainan kulit yang ada, kemudian dikirim ke laboratorium rujukan, apakah ini virus cacar monyet atau bukan," katanya.

Pengurus Besar (PB) IDI pun telah membentuk satuan tugas (satgas) Monkeypox guna merespons ancaman kesehatan global tersebut. Dalam rekomendasinya, PB IDI meminta pemerintah mempeluas dan memperketat skrining pada pintu masuk pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN) dengan melakukan pengawasan terhadap pelaku perjalanan melalui pengamatan suhu, pengamatan tanda dan gejala.

"Pada pelaku pejalanan dengan kondisi demam, sebaiknya dilakukan pemeriksaan langsung oleh dokter yang bertugas pada pelabuhan, bandara, ataupun PLBDN tersebut," ujar Ketua Umum Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi, Selasa (2/8/2022).

PB IDI juga meminta pemerintah meningkatkan kemampuan laboratorium jejaring dalam diagnostik molekular spesimen pasien yang dicurigai menderita Monkeypox sesuai rekomendasi WHO. Tak hanya itu pemerintah juga diminta meningkatkan edukasi kepada masyarakat terkait epidemi, gejala, cara penularan, dan langkah pencegahan pribadi dan masyarakat.

"Pemerintah harus meningkatkan kemampuan dalam identifikasi kontak erat pada pasien suspek dan probable Monkeypox dan emberikan informasi terkini kepada masyarakat mengenai situasi Monkeypox secara berkala dan transparan untuk mencegah terjadinya kepanikan akibat kesimpangsiuran berita," imbau Adib.

 

 

Asal usul cacar monyet. - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler