Melebihi kuota Normal, APG 2022 Memicu Pertumbuhan Sektor Perhotelan di Solo

Okupansi Juli sudah melebihi rata-rata okupansi Solo sebelum pandemi.

ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Atlet renang National Paralympic Committee (NPC) Jendi Panggabean mengikuti pemusatan latihan Pelatnas di kolam renang hotel Kusama Sahid, Jebres, Solo, Jawa Tengah.
Rep: C02 Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Sejumlah hotel di Solo dan sekitarnya dilaporkan telah mengalami kenaikan okupansi atau tingkat keterisian kamar selama event ASEAN Para Games (APG) XI Solo 2022. Setidaknya kenaikan mencapai angka 95 persen di awal Agustus.

Baca Juga


Hubungan Masyarakat (Humas) Badan Pengurus Cabang (BPC) Perhimpunan Hotel (PHRI) dan Restoran Indonesia Solo, Sistho A Sreshtho menyebut kenaikan ini melebihi rata-rata okupansi hotel sebelum pandemi di 2019 lalu. Ia mengatakan setidaknya angkanya menyentuh 95 persen.

"Dampaknya APG ini, menurut catatan kita yang menginap di hotel-hotel di Solo itu untuk atlet, official dan panitia sekitar 3060 orang dan ini hampir semuanya menginap di hotel. Juli kemarin okupansi hotel 75-80 persen, okupansi Juli sudah melebihi rata-rata okupansi Solo sebelum pandemi. Tapi kalau kita lihat di empat hari di bulan Agustus ini, hotel di Solo okupansinya sudah di atas 95 persen,"ungkapnya di Swiss Belinn, Kamis (4/8/2022).

Selain itu, dampak pada sektor makanan dan minuman alias food and beverage (F&b) mengalami kenaikan."Ini baru dari okupansi, makannya juga di hotel, pagi-siang-malam, tentunya berpengaruh ke sektor food and beverage (F&b)," katanya.

Namun, APG ini masih terkendala dengan regulasi yang mengharuskan atlet yang mesti menjalani sistem bubble atau karantina kamar yang dilakukan Indonesia ASEAN Para Games Organizing Committee (INASPOC) karena masih masa pandemi. Ia juga menilai, event tersebut sudah digarap maksimal sehingga berdampak pada sektor pariwisata khususnya perhotelan. 

"Apa yang semua yang dilakukan Pemkot Solo khususnya untuk APG ini sudah sungguh maksimal, dan persiapannya sangat singkat," terangnya.

Ia menilai, event-event internasional sekelas APG mesti digelar dengan sistem keberlanjutan. Sebab, kenaikan sektor, hematnya, pariwisata mesti didukung mobilitas pergerakan massa.

"Ini lah yang bisa terus meningkatkan progress pariwisata ya event-event seperti ini, event-event yang mendatangkan massa, semakin besar massanya semakin besar dampaknya, karena linier," jelasnya.

"Masukan kita mari kita terus galakan acara-acara seperti ini, karena dampaknya di sektor pariwisata, perhotelan, sungguh sangat besar," tambah Sistho.

Sementara itu, Pemkot Solo bakal terus menggalakan event-event olahraga yang dibungkus dalam paket wisata wellness tourism. Untuk menggerakan sektor itu, diperlukan koordinasi lintas wilayah di Solo. Ia mengungkapkan, wellness tourism ini menyangkut wisata olahraga prestasi dan wisata kebugaran rekreasi alam.

"Kami bekerja sama juga dengan stakeholder pariwisata. Kami mencoba untuk membuat suatu paket yang ada sport tourism. Olahraga prestasi maupun olahraga rekreasi, semuanya coba kita kelola dan kita berbicara dengan Kota Solo tak lepas dari Soloraya" kata Kepala Bidang (Kabid) Destinasi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo, Gembong Hadi Wibowo.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler