Bangkitkan Skena Musik Anak Muda Era 90an, The Ayayay Pamerkan Melaju di Kecepatan Tinggi

Para penikmat musik era kejayaan skena indie punk/rock n roll lawas tampak antusias.

Dok. Rep
The Ayayay membawakan karya 'Melaju di Kecepatan Tinggi' di Jakarta, Sabtu (6/8/2022).
Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hentakan drum dan petikan kilat gitar ala komunitas punk/rock n roll Jakarta era 1990an, Young Offender, menggema di FK Bar & Lounge, Jl Juanda No 6, Jakarta Pusat, Sabtu (6/8/2022). Para penikmat musik era kejayaan skena indie punk/rock n roll lawas tampak antusias. Hal ini muncul disebabkan saat itu, band The Ayayay tampil membawakan sederet lagu dengan energi ledak tinggi, mengantarkan telinga bernostalgia kembali ke era kejayaan musik punk/rock n roll awal 1990an.

Baca Juga


Dalam kesempatan ini, The Ayayay meluncurkan mini album kedua berjudul Melaju di Kecepatan Tinggi. Ini setelah mini album pertama Ada Apa Dunia yang dirilis pada 25 April 2022, band asal Jakarta 

Band yang diawaki Andika Patria (vokal/gitar), Edo Margoevan (bas), Aries Wijaksena (gitar), dan Ahmad Vino (drum) ini menyajikan lima lagu  terbaru di mini album bertajuk Melaju di Kecepatan Tinggi. 

Lima lagu itu adalah Melaju di Kecepatan Tinggi, Jakarta Rock City, What Do You Want, Belaga Gila, dan Surat Buat Ban***t. 

Andika mengatakan, lirik di dalam lagu-lagu tersebut bernuansa fenomena sosial yang dilihat dari kacamata personel The Ayayay yang berasal dari kaum pekerja (working class hero). Ia menjelaskan, single pertama Melaju di Kecepatan Tinggi terinspirasi dari program Street Race Polda Metro Jaya yang digagas Kapolda Metro Jaya Irjen M Fadil Imran. 

"Jadi memang diajakin untuk buat lagu konsep balapan liar yang oleh Kapolda Metro mau dirapikan menjadi resmi balapannya. Tapi kan ga mungkin saya kasih judul lagunya Balapan Liar, jadi saya coba itu naik motor tengah malam gas kencang, dan di situlah dapat inspirasi total untuk lagu Melaju di Kecepatan Tinggi," kata dia.

Sedangkan, single kedua Jakarta Rock City berkisah tentang kehidupan kelas pekerja Jakarta di tengah kerasnya Ibu Kota. 

Sementara itu, lagu What Do You Want menceritakan perseteruan atasan dan bawahan di sebuah perusahaan. 

Lagu Belaga Gila bercerita kenangan buruk saat ditilang di tengah jalan oleh polisi lalu lintas. 

Sementara lagu terakhir, Surat Buat Ban***t, menggambarkan kemarahan The Ayayay terhadap fenomena politik Indonesia. Politik identitas hingga penyebaran berita bohong membuat bangsa ini rawan terjadi perpecahan. The Ayayay sengaja mengeluarkan single ini untuk mencegah hal ini terjadi menjelang pesta demokrasi 2024.

"Saya membuat Street Race Polda Metro Jaya bukan hanya untuk merangkul komunitas balapan liar, seperti pembalap, bengkel, dan montir. Tapi juga komunitas UMKM dan penggiat seni bisa dirangkul sehingga terbentuk ekosistem yang lebih besar," kata Kapolda dalam video testimoninya. 

"Ini terbukti dengan band The Ayayay yang membuat lagu Melaju di Kecepatan Tinggi yang terinspirasi dari street race Polda Metro Jaya. Selamat untuk The Ayayay yang meluncurkan mini album keduanya. Semoga bisa melaju di kecepatan tinggi," kata Fadil menambahkan.

Dilansir dari Antara, The Ayayay sendiri merupakan grup band yang dibentuk oleh dua kakak beradik Edo Margorevan dan Andika Patria, yang berawal dari hobi bermusik saat di bangku sekolah masing-masing.

Suatu saat Edo mengajak Andika bergabung dalam bandnya yang bernama Brown Sugar bersama teman-temannya. Band ini sering tampil di beberapa tempat, salah satunya di

Poster Café dengan membawakan cover lagu dari Oasis, Rolling Stone, hingga Blur.

Saat Brown Sugar vakum dan sibuk dengan kegiatan masing-masing, Edo selaku kakak sempat membentuk band lain. Begitu juga dengan Andika yang juga masih bermusik dengan teman kuliahnya.

Hingga di tahun 2019, Edo membentuk band dengan nama Pantomin. Tidak lama kemudian barulah Andika akhirnya ikut juga dalam Band Pantomin. Andika juga mengganti nama band ini menjadi The Ayayay agar terkesan unik dan tak biasa.

Namun para personel The Ayayay lain memutuskan berhenti karena kesibukan masing-masing hingga menyisakan dua kakak beradik ini yang memang sudah lama menulis lagu demgan berbagai referensi musik.

Dari situ, band ini mulai merekam semua karyanya baik lagu yang sudah lama pernah diciptakan, lagu lama dengan aransemen ulang, ataupun lagu – lagu yang baru diciptakan.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler