Cara Tepat Menghadapi Anak Tantrum Menurut Psikolog

Sebagian anak ada yang lebih mudah tantrum dibandingkan anak lainnya.

Republika/Yogi Ardhi
Anak balita sedang tantrum (ilustrasi). Orang tua perlu memahami penyebab anak tantrum.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak terkadang mengalami ledakan emosi atau tantrum. Lazimnya, tantrum ditandai dengan menangis, menjerit, berteriak, dan menolak segala upaya orang lain untuk menenangkan.

Psikolog Marsha Tengker menyebut cukup normal jika hal tersebut terjadi pada anak. Perempuan yang akrab disapa Caca Tengker itu mencermati, ada anak yang lebih sering mengalaminya daripada anak lain.

"Kalau sering tidak bisa disalahkan karena ada anak yang intensitas emosinya lebih besar dan meluap-luap. Anak yang usianya lebih kecil juga sulit memahami emosi yang dia rasakan," ujar Caca pada peluncuran buku seri Emosi Anak dan fitur belanja aplikasi Tentang Anak.

Caca yang dikenal sebagai mom influencer mengatakan bisa jadi anak merasakan emosi marah, sedih, takut, atau campuran dari semuanya. Karena anak tidak memahami perasaan itu dan tidak mengetahui cara mengelolanya maka terjadilah tantrum.

Sebagian orang tua mungkin merasa bingung saat ledakan emosi anak terjadi. Caca yang merupakan psikolog dewasa dan keluarga di Tentang Anak membagikan saran untuk menghadapi situasi tersebut.

Baca Juga


Caca mengungkap, HALT, yakni hungry (lapar), angry (marah), lonely (kesepian), tired (lelah), merupakan penyebab tantrum. Artinya, ketika anak tantrum, orang tua bisa mengecek apakah anak merasa lapar, marah, kesepian, atau lelah.

Jika sudah teridentifikasi, bisa dengan memberikan solusi atas empat kondisi yang ada. Selain itu, orang tua perlu melakukan validasi terhadap emosi anak, kemudian mencoba menenangkan anak.

Untuk itu, orang tua perlu memahami berbagai emosi yang bisa dirasakan anak. Orang tua sebaiknya tidak menolak emosi, sebab emosi tidak bersifat positif dan negatif. Alih-alih menolak, ajari anak cara mengelola emosinya.

"Sepanjang tantrum, temani anak biar anak tidak merasa sendirian dengan perasaannya. Terkadang yang menakutkan bukan perasaannya, tapi merasa sendirian dengan perasaan besar yang dia alami," kata Caca.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler