Airlangga: Indonesia Perkuat Sinergi Ekonomi Lewat Presidensi G20
Pendekatan multilateral yang tidak membatasi perdagangan ekspor dan impor dibutuhkan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku Indonesia berupaya memperkuat sinergi di sektor industri, perdagangan, dan investasi lewat Presidensi G20. Airlangga mengatakan, Indonesia berupaya untuk membawa G20 agar mampu membuka jalan bagi World Trade Organization.
"Untuk tetap relevan dalam membahas dampak perdagangan dan ekonomi dari situasi tantangan global yang terjadi," katanya saat menyampaikan keynote speech secara virtual dalam kegiatan The 7th Global Conference on Business Management and Entrepreneurship, Senin (8/8/2022).
Menko Airlangga meyakini upaya tersebut dapat menjaga rantai pasokan, menerapkan langkah-langkah kebijakan perdagangan, serta menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan. Sektor industri, perdagangan, dan investasi memiliki peran yang mendalam sebagai katalisator dalam mewujudkan perekonomian nasional yang punya daya tahan dan saing.
Penguatan sektor industri akan berdampak pada peningkatan nilai tambah input aktivitas produksi, sehingga mampu menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan nasional dan menjaga stabilitas neraca perdagangan. Di sisi lain, penguatan industri perlu didorong adanya dukungan permodalan yang konsisten melalui alokasi investasi.
Hingga kini, Pemerintah telah melakukan penguatan ketiga sektor fundamental tersebut yang dibuktikan melalui capaian surplus neraca perdagangan hingga 5,09 miliar dolar AS per Juni 2022, dengan nilai ekspor semester I 2022 mencapai 141 miliar dolar AS. Selain itu, nilai investasi pada Q1 2022 juga telah terealisasi hingga lebih dari 28 persen komitmen investasi dengan kontribusi penanaman modal asing sebesar 10,22 miliar dolar AS dan dalam negeri sebesar 9,33 miliar dolar AS.
Mencermati hal tersebut, Airlangga menuturkan Pemerintah terus berkomitmen untuk melanjutkan sinergi kebijakan ketiga sektor tersebut. "Untuk menghadapi tantangan global ke depan, perlu dilakukan pendekatan multilateral yang tidak membatasi perdagangan ekspor dan impor dengan mengikuti aturan World Trade Organization," ujarnya.
Lebih lanjut Airlangga menyampaikan, pada sektor industri, pemerintah konsisten dalam mengakselerasi hilirisasi komoditas guna meningkatkan nilai tambah bahan baku. Terutama pada produk manufaktur yang terus dijaga pada level ekspansif.
Pemerintah juga melaksanakan komitmen terkait transisi energi dan mempertimbangkan dampak industri terhadap lingkungan. Yakni, dengan berbasis pada percepatan energi bersih melalui implementasi investasi yang lebih efisien serta pemanfaatan teknologi guna mencapai penguatan industri yang berkelanjutan.
Selain itu ia turut menyampaikan berbagai upaya penguatan yang dilakukan Pemerintah tersebut perlu didukung oleh kontribusi dan kolaborasi seluruh pihak mulai dari Pemerintah, korporasi, UMKM, hingga akademisi guna melahirkan inovasi yang mampu menjawab berbagai tantangan di masa mendatang.
"Dampak signifikan tidak dapat dicapai hanya dengan berbagai kebijakan, namun juga harus diikuti dengan transformasi pemerintah, korporasi, dan UMKM bahkan masyarakat untuk mampu menjadi masyarakat yang smart dan cakap digital," ujar Airlangga.