Jika Gemerlap Dunia adalah Ilusi, Lantas Apa Hakikat Kekayaan Bagi Muslim?

Kekayaan yang hakiki menurut Islam adalah yang menunjang kesalehan

Republika/Prayogi
Ilustrasi kekayaan duniawi. Kekayaan yang hakiki menurut Islam adalah yang menunjang kesalehan
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Manusia secara alami mencintai dunia dan senang mengumpulkan harta duniawi serta meningkatkan kenikmatan hidup di dunia. 

Baca Juga


Namun jika nafsu ini terus dituruti, manusia pada akhirnya menjadi rakus hingga berkonflik hanya karena harta duniawi yang mereka anggap sebagai suatu kenikmatan hidup. 

Kenikmatan dan rasa cinta terhadap harta hakikatnya adalah ilusi. Allah SWT berfirman: 

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran ayat 14)

Dalam surat lain dalam Alquran, Allah SWT mengingatkan kecintaan seseorang terhadap harta. Allah SWT berfirman: 

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ

"Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu." (QS Al Fajr ayat 20-23)

Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan ihwal kekayaan yang sejati. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: 

ليس الغنى عن كثرة العَرَض، ولكن الغنى غنى النفس

"Kekayaan itu bukan soal keberlimpahan harta benda dunia, melainkan kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa." (HR Bukhari dan Muslim)

Dari hadits tersebut, diketahui bahwa kekayaan sejati bukanlah kekayaan yang membawa seseorang pada kesombongan dan membuatnya merendahkan orang lain sebab hal ini jauh dari prinsip-prinsip syariat.

Kekayaan sejati yang sesuai tuntunan syariat bukanlah keberlimpahan harta duniawi tetapi kekayaan jiwa. Bukan dengan berlimpahnya harta atau uang.

Seseorang yang miskin jiwa adalah orang selalu ingin memperbanyak harta karena ketamakannya, padahal semuanya telah dia miliki. Dengan sikap seperti ini, maka dia ibarat orang yang miskin.

Baca juga: Seberapa Parahkah Salman Rushdie Hina Islam dan Rasulullah SAW dalam Ayat-Ayat Setan?

Banyak dari mereka yang telah diberikan harta yang berlimpah, tetapi tidak mengambil manfaat darinya. Akibatnya, dia terus-menerus sibuk memperbanyak harta, tidak peduli dari mana asalnya. 

Dia cemas pada hidupnya, sehingga menjadi kikir dan hanya mementingkan diri sendiri tanpa peduli orang lain. Orang seperti ini sama saja menjalani kemiskinan dengan rasa takut dan cemas. 

Adapun orang dengan kekayaan jiwa, dia ridha atas ketetapan Allah SWT. Sebab dia menyadari kekayaan itu bukan karena banyaknya harta. Dia lebih percaya pada apa yang dimiliki Allah SWT daripada apa yang ada di tangannya. Dia menggunakan harta sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. 

 

Sumber: alukah 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler