Dinkes Jelaskan Alasan Imunisasi Rendah di Papua
Orang tua khawatir anaknya tak diimunisasi campak dan rubela, melainkan vaksin Covid.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Papua mengakui cakupan imunisasi dalam program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di Papua rendah akibat banyaknya orang tua yang khawatir anaknya tidak diimunisasi campak dan rubela, melainkan vaksin Covid-19. Kekhawatiran itu menyebabkan orang tua melarang anaknya ke sekolah atau mendatangi puskesmas saat dilaksanakan imunisasi.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Papua dr. Elianus Tabuni mengatakan, hal itu merupakan tantangan dalam pelaksanaan BIAN. Ke depan, Dinkes Papua akan terus memberikan pemahaman yang sudah telanjur beredar di masyarakat bila imunisasi yang diberikan selama BIAN adalah campak-rubela dan bukan vaksin Covid-19.
Dalam pelaksanaan BIAN I, cakupan di Papua terendah setelah Sumatra Barat atau berada di nomor 36 dari 37 provinsi di Indonesia. Target BIAN di Papua tercatat 792.523 anak yang berusia hingga 12 tahun dan yang diimunisasi baru 140.100 orang.
“Sedangkan target OPV tercatat 114.416 anak dan yang terealisasi baru 6.053 anak serta target IPV sebanyak 169.023 anak dan yang imunisasi 2.752 anak,” kata dia di Jayapura, Selasa (16/8/2022).
Dia mengatakan dengan diperpanjang pelaksanaan BIAN secara nasional, cakupan di Papua diharapkan dapat mencapai di atas 60 persen. Karena itu, Dinkes Papua berharap para pemangku kepentingan senantiasa menyosialisasikan manfaat imunisasi campak-rubela bagi anak sehingga masyarakat khususnya orang tua tidak takut bila di sekolah anaknya ada imunisasi.
Hal ini disebabkan selama Program BIAN selain diberikan imunisasi campak-rubela juga disertai pemberian dosis imunisasi polio dan DPT-HB-Hib yang terlewat. "Mudah-mudahan dengan diperpanjangnya pelaksanaan BIAN maka makin banyak anak yang diimunisasi," harap dr. Tabuni.