Mantan Pengawal: Putri Diana Ingin Pindah ke Amerika, tapi tak Bisa Bawa Anak-anaknya

Putri Diana menanggap meninggalkan Inggris akan membuatnya terbebas dari pers.

AP/Matt Dunham
Seorang pria melihat gambar penghormatan yang ditempatkan di gerbang Istana Kensington di London, Selasa, 31 Agustus 2021, pada peringatan 24 tahun kematian Putri Diana. Dalam bukunya, mantan pengawal menyebut Putri Diana sempat ingin pindah ke AS.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri Diana ternyata sempat berencana untuk pindah ke Amerika dengan pacarnya Dodi Al-Fayed sebelum kematiannya yang tragis pada 25 tahun silam. Hal itu terungkap lewat penuturan mantan pengawalnya, Lee Sansum.

Sansum merupakan pengawal kerajaan yang menjaga kedua putra Putri Diana saat istri Pangeran Charles itu berlibur di St Tropez pada Juli 1997. Kala itu, Diana menginap di kapal pesiar mewah Jonikal Yacht milik pengusaha Mohammed Al-Fayed.

Baca Juga


Sementara itu, paparazzi mengerumuni kapal itu setiap hari, berusaha mengambil foto kebersamaan Diana dan Dodi. "Pers adalah kutukan dalam hidupnya, ada di mana-mana, tidak hanya di St Tropez," tulis Sansum dalam bukunya Protecting Diana: A Bodyguard's Story yang dirilis pada Selasa (25/8/2022).

Menurut Sansum, Putri Diana pernah berkata bahwa dia merasa tidak bisa melakukan apa-apa selama berada di Inggris. Semua pers di Inggris menyerangnya, tidak peduli apa pun yang telah ia lakukan.

"Kemudian dia mengatakan kepada saya, 'Saya ingin pergi ke AS dan tinggal di sana sehingga saya dapat melepaskan diri dari itu semua. Setidaknya di Amerika mereka menyukai saya dan akan membiarkan saya sendiri'," kata Sansum.

Sansum teringat pernah bertanya kepada Putri Diana mengenai kemungkinan Pangeran William yang saat itu berusia 15 tahun dan Pangeran Harry 12 tahun akan ikut bersamanya. Diana menjelaskan bahwa dia tidak akan pernah diizinkan untuk membawa kedua putranya.

Tampaknya, menurut Sansum, Putri Diana menganggap bahwa meninggalkan putra-putranya adalah sebagai bentuk pengorbanan yang pada akhirnya akan menyelamatkan semua pihak.

"Bisa dikatakan bahwa Diana adalah ibu yang luar biasa, sangat mencintai dan memperhatikan kedua putranya, tetapi sepertinya dia harus meninggalkan mereka berdua di Inggris untuk melarikan diri dari pers, yang memburunya tanpa henti setiap hari dalam hidupnya,” tulis Sansum.

Akhirnya, beberapa hari setelah liburan, Diana kabarnya tiba-tiba mengumumkan bahwa dia pergi untuk memberi tahu pers yang mengintainya bahwa dia akan meninggalkan Inggris untuk selamanya. Saat itu, ia kesal karena kuntitan pers menimbulkan kerja ekstra untuk detail keamanannya. Menurut buku itu, Diana memang keluar untuk berbicara dengan pers, tetapi akhirnya tidak mengatakan apa-apa tentang rencananya.

"Saya dapat memberi tahu kalian bahwa saya menghabiskan 10 hari dekat dengannya, dan dia adalah salah satu orang paling seimbang yang pernah saya temui," tulis Sansum dalam bukunya.

Sebagai seorang pengawal, Sansum dilatih untuk menangkap hal-hal yang tidak seimbang dalam setiap sudut. Ia harus melihat tanda-tanda seseorang sedang mengalami stres, tetapi itu semua tidak terlihat dalam Putri Diana. Ia melihat Putri Diana sangat normal dan berhati-hati.

Sansum juga membantah laporan yang menyebut Dodi Al-Fayed hanyalah teman kencan musim panas, yang dirancang untuk membuat mantan pacar Diana, Dr Hasnat Khan cemburu. Sansum tidak ditugaskan menjaga pasangan itu ketika mereka menghabiskan waktu di Paris, Prancis pada akhir Agustus 1997.

Secara kebetulan, teman baik Sansum, Trevor Rees-Jones, yang ditugaskan untuk pekerjaan itu. Rees-Jones terluka parah dalam kecelakaan mobil yang menewaskan pengemudi Henri Paul, Dodi, dan Diana itu.

Mobil itu melaju kencang ketika mencoba berlari lebih cepat dari sekelompok paparazi. Diana berusia 36 tahun ketika meninggal.

"Diana adalah salah satu orang terbaik yang pernah saya temui. Wanita malang itu terbebani untuk semua yang dia lakukan, bahkan ketika ia melakukan hal normal seperti berolahraga agar tetap bugar, pers juga membuatnya sedih. Itu sangat tidak adil," kata Sansum.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler