Mengapa Penyintas Covid-19 Sulit Konsentrasi, tak BIsa Mengingat Sebaik Dulu?

Penderita Covid-19 yang bergejala berat cenderung lebih banyak mengalami brain fog.

Pixabay
Sulit berkonsentrasi (Ilustrasi). Sebagian penyintas Covid-19 ada yang merasa bahwa mereka tak lagi bisa berkonsentrasi atau mengingat sebaik dahulu.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian penyintas Covid-19 mungkin merasa bahwa mereka tak lagi bisa berkonsentrasi atau mengingat sebaik dahulu. Keluhan-keluhan ini sebenarnya muncul karena mereka mengalami brain fog atau kabut otak akibat paparan Covid-19.

Salah satu penyintas Covid-19 dengan nama samaran Joan juga mengalami hal ini. Sejak sembuh dari Covid-19 sekitar sebulan lalu, Joan mulai mengalami brain fog.

"Beberapa waktu lalu, saya sedang bicara dengan seseorang sambil menikmati kopi. Saya ingat saya memandang wajahnya dan mendengarkan suaranya. Tapi otak saya tak bisa memahami apa yang dia katakan," kata Joan, seperti dilansir CNA Lifestyle, Jumat (26/8/2022).

Tak jarang, Joan juga kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan sesuatu. Selain itu, Joan kerap melupakan sesuatu yang penting.

Sebagai contoh, Joan biasanya bertugas menjemput anaknya di tempat penitipan anak sepulang bekerja. Namun, pada suatu hari, tugas tersebut diambil alih oleh sang suami karena Joan memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Di hari itu pula, Joan lupa bahwa suaminya yang akan menjemput anak mereka dari tempat penitipan. Selama di kantor, Joan merasa resah dan berupaya secepatnya untuk bisa segera menjemput sang anak di sekolah.

"Ketika saya sampai di sekolah, saya sedikit mengalami serangan panik karena saya tak bisa menemukan anak saya," kata Joan.

Usai terkena Covid-19, Joan juga sering merasa lesu seperti habis meminum obat batuk yang menyebabkan kantuk, namun tidak bisa tidur. Dia pun tak lagi mampu untuk berpikir dengan cepat.

"Saya membutuhkan waktu lebih lama untuk membuat keputusan, bahkan untuk sekadar menentukan menu makan malam," tukas Joan.

Pemicu brain fog
Brain fog sebenarnya merupakan istilah awam untuk menggambarkan sebuah kondisi di mana seseorang tak bisa berpikir cepat atau mengalami gangguan daya ingat, konsentrasi, serta kejernihan mental. Fenomena brain fog juga tak hanya berkaitan dengan Covid-19 saja. Ada beragam kondisi lain yang juga dapat memicu brain fog.

"Contohnya, kehamilan, menopause, cedera kepala ringan, serta pemulihan dari infeksi lain, brain fog juga diketahui menjadi efek samping dari beberapa pengobatan, misalnya sebagian kemoterapi," kata associate professor Kevin Tan selaku konsultan senior dari departemen neurologi di National Neuroscience Institute, Singapura.

Terkait Covid-19, belum diketahui secara jelas bagaimana virus SARS-CoV-2 bisa mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Namun, beberapa studi awal menunjukkan bahwa ada penyusutan otak yang terjadi setelah seseorang terkena Covid-19.

"Tapi temuan ini perlu direplikasi dalam skala yang lebih luas lagi dan perlu dikaitkan dengan temuan-temuan lain mengenai bagaimana virus tersebut mempengaruhi otak," jelas Tan.

Baca Juga


Ahli neuropsikologi dari Cleveland Clinic, Prof Kamani Krishnan, juga memiliki pendapatnya sendiri. Menurut Prof Krishnan, keluhan brain fog kemungkinan disebabkan oleh badai sitokin yang terjadi ketika orang tersebut sakit Covid-19.

Saat infeksi terjadi, seperti dalam kasus Covid-19, tubuh akan "membanjiri" aliran darah dengan protein inflamasi yang dikenal sebagai sitokin. Sitokin ini diproduksi untuk menarget virus SARS-CoV-2 yang menyerang tubuh.

Sisi merugikannya, kondisi ini bisa meningkatkan respons sistem imun berlebih yang kemudian menyebabkan peradangan lebih lanjut pada organ-organ tubuh, salah satunya otak.

Cukup sering dikeluhkan
Disfungsi kognitif pasca Covid-19 diperkirakan terjadi pada 22-32 persen kasus infeksi. Menurut Tan, faktor lain seperti usia dan jenis kelamin tampak tidak memengaruhi risiko seorang penyintas Covid-19 untuk terkena brain fog.

Berdasarkan sebuah studi yang menggunakan data dari 56 negara, sebanyak 31 persen penyintas Covid-19 mengalami brain fog pada pekan pertama setelah gejala Covid-19 muncul. Sedangkan kemunculan brain fog dalam tiga bulan pertama setelah terkena Covid-19 adalah hampir 67 persen. Pada bulan ketujuh setelah terkena Covid-19, keluhan brain fog mencapai 55 persen.

"Orang-orang yang dirawat di ICU atau membutuhkan pengobatan karena sakit berat (akibat Covid-19) cenderung lebih banyak mengalami brain fog," jelas Prof Krishnan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler