Guatemala Menyatakan Dukungan Terhadap Taiwan

Guatemala adalah salah satu negara yang pertahankan hubungan diplomatik dengan Taiwan

EPA-EFE/RITCHIE B.TONGO
Orang-orang melewati pemasangan bendera Taiwan menjelang perayaan Hari Nasional di Taipei, Taiwan, 06 Oktober 2021. Menteri Luar Negeri Guatemala, Mario Bucaro pada Selasa (30/8/2022) menyatakan dukungan negaranya terhadap Taiwan.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Menteri Luar Negeri Guatemala, Mario Bucaro pada Selasa (30/8/2022) menyatakan dukungan negaranya terhadap Taiwan. Dalam pertemuan dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di  Taipei, Bucaro mengatakan  Guatemala dan Taiwan adalah negara-negara yang berpikiran sama dan disatukan oleh aliansi demokratis.

Baca Juga


"Guatemala akan selalu mendukung Taiwan karena kami memiliki keyakinan kuat pada prinsip-prinsip perdamaian, kedaulatan, dan integritas teritorial. Perdamaian tidak bisa dinegosiasikan, terutama kedaulatan tidak bisa dinegosiasikan," ujar Bucaro.

Bucaro menegaskan dukungan kepada Taipei beberapa minggu setelah Beijing mengakhiri serangkaian latihan militer di sekitar Taiwan. Latihan militer itu sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua House of Representative Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi ke Taiwan pada awal Agustus. 

Dalam sambutannya, Bucaro tidak secara spesifik menyebut China. Tetapi dia mengatakan, kunjungannya ke Taiwan bertujuan untuk memberikan pemberitahuan kepada dunia terkait pentingnya menunjukkan solidaritas kepada rakyat Taiwan. 

"Hanya dialog yang dapat menang dalam menghadapi konflik apa pun," kata Bucaro.

Sementara dalam sambutannya, Tsai mencatat bahwa Taiwan adalah negara Asia pertama yang dikunjungi Bucaro sejak diangkat menjadi menteri luar negeri. Tsai berterima kasih kepada Guatemala atas dukungan diplomatiknya terhadap Taiwan.

Guatemala adalah satu dari 14 negara yang mempertahankan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Di negara Amerika Tengah lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan adalah Honduras dan Belize.  

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan, pihak berwenang di Partai Progresif Demokratik Taiwan yang berkuasa menipu diri mereka sendiri dengan menggunakan ikatan diplomatik untuk manipulasi politik. Menurutnya, hal ini tidak dapat menghentikan sejarah reunifikasi China dengan Taiwan. Zhao mendesak Guatemala untuk membuat keputusan "sesuai dengan tren sejarah."

China memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai bagian dari wilayahnya. Sementara pemerintah Taiwan menentang klaim China tersebut.

Pada Desember, China kembali menjalin hubungan diplomatik dengan Nikaragua. Hal ini memiliki implikasi geopolitik yang lebih luas, karena Amerika Serikat khawatir dengan meningkatnya pengaruh China di Amerika Tengah. Delegasi AS berkunjung ke Honduras  menjelaskan bahwa mereka ingin negara Amerika Tengah itu mempertahankan hubungannya dengan Taiwan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler