Din Syamsuddin: Jangan Lupakan Sejarah dan Jasa Ulama di Kemerdekaan Indonesia
Din mengingatkan bangsa Indonesia dan umat Islam tak lupakan sejarah dan jasa ulama
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO— Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015, Prof Din Syamsuddin, menyatakan kemerdekaan Indonesia terdapat banyak jasa dari para ulama. Khususnya yang termasuk tokoh Muhammadiyah dalam mengusulkan proklamasi Indonesia.
"Kita umat Islam seharusnya tidak melupakan sejarah, sebagaimana pesan Bung Karno Jas Merah, jangan lupakan sejarah, dan jangan melupakan jasa para ulama juga," kata dia dalam Webinar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (31/8/2022).
Dalam Webinar yang digelar Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) dengan tema “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang 1 Abad” itu, Din menyampaikan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 yang juga bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H.
Menurutnya itu merupakan usulan dari Kiai Abdul Mukti. "Ternyata yang mengusulkan proklamasi itu Kyai Muhammadiyah, tolong UMS kaji sejarah beliau, Kiai Abdul Mukti," ujar Din.
Menurut Din, Kiai Mukti merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah asal Madiun. Dia juga merupakan bagian dari Pimpinan Pusat Masyumi di Jakarta pada 1943-1944.
"Pendiri Alkhairaat bernama Al-Habib Idrus bin Salim Al Jufri atau dikenal dengan Guru Tua yang berasal dari Sulawesi Tengah itu juga salah satu pengusul warna bendera Indonesia merah dan putih," terangnya.
Selanjutnya. Din mengatakan bahwa Penentuan lambang negara burung Garuda juga tidak luput dari peran ulama, Syarif Abdul Hamid Alkadrie atau dikenal dengan Sultan Hamid 2 yang berasal dari Pontianak. Dia ditunjuk Soekarno menjadi ketua dalam perumusan lambang negara Indonesia.
"Intinya negara ini tidak lepas dari jasa 73 sultan Islam. Dari ujung Aceh hingga Tidore, dengan sukarela bersatu demi kemerdekaan Republik Indonesia," kata dia.