Syariat Islam Melarang Memanggil Orang dengan Gelar Buruk
Larangan memanggil orang dengan gelar buruk adalah perintah syariat Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Termasuk sikap yang menyenangkan saudara Muslim, memanggilnya dengan nama yang paling disukai olehnya. Dalam surah Al Hujuraat ayat 11 Allah SWT melarangan memanggil nama buruk bagi sesama manusia:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya, janganlah kamu mencela orang lain, pen.). Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (penggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.”
Maka dari itu, Dr Aidh bin Abdullah Al-Qarni dalam bukunya "Jangan Bersedih" menyenangkan hendaknya selalu menyambut kedatangannya dengan sambutan yang hangat disertai senyum yang cerah. Hal ini sebagaimana dianjurkan dalam sebuah hadits.
"Meskipun sekedar menyebut saudaramu dengan wajah yang cerah."
Dalam hadits lain disebutkan.
"Senyumanmu kepada saudaramu adalah sedekah."
Hendaknya kita sebagai seorang Islam dapat membuat saudara Muslim senang berbicara dengan kita. Maka dari itu, berilah kesempatan kepadanya untuk bersuara perihal dirinya dan berita yang di bawahnya.
"Tanyai dia tentang berbagai hal yang bersifat umum maupun pribadi yang tidak menyinggungnya. Bila ditanyakan kepadanya dan hendaknya anda memperhatikan urusannya," katanya.
Dalam sebuah hadits disebutkan.
"Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, dia bukan termasuk dari golongan mereka..."
Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 71 yang artinya:
"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan sebagai mereka adalah menjadi penolong sebagian yang lain."
"Jangan anda mencelanya, jangan mengungkit sesuatu yang sudah berlalu. Dan jangan pula melukai perasaannya dalam bercanda," katanya.
Dalam sebuah hadist disebutkan. "Jangan kamu berdebat dengan saudaramu jangan bercanda dengannya dengan candaan yang dapat menyakiti perasaannya, dan jangan pula kamu membuat suatu janji dengannya, kemudian kamu menyalahinya."