Belajar dari Sepinya Laga Timnas vs Curacao

Kurangnya promosi dari panitia menjadi salah satu sebab sepinya penonton.

retizen /Adhyatnika Geusan Ulun
.
Rep: Adhyatnika Geusan Ulun Red: Retizen
Ilustrasi Stadion GBLA. wikipedia.

Menyaksikan penampilan kesebelasan Curacao sungguh menarik. Tim yang datang dari negara yang tidak lebih besar dari rata-rata kabupaten di Indonesia ini, menyuguhkan permainan modern yang penuh dengan skill kelas dunia.


Tak mengherankan jika kesebelasan Curacao menempati peringkat FIFA jauh lebih tinggi dari Indonesia. Bahkan, peringkatnya berada di 100 besar dunia. Perlu diketahui, perbandingannya, Indonesia di 150-an, berbanding terbalik dengan Curacao yang berada di posisi 84 dunia.

Berada nun jauh di Samudera Atlantik, negara seluas kurang lebih 444 kilometer persegi ini, berpenduduk 'hanya' 150 ribuan saja. Namun, negeri tersebut memiliki tim kesebelasan yang luar biasa.

Pertandingan bertajuk FIFA 'Matchday' yang digelar di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Sabtu, 24 September 2022, memang penuh dengan pembelajaran. Bukan hanya dari sisi permainan saja, namun dari semua perangkat penyelenggaraannya.

Permainan yang disuguhkan para pemain Curacao memang patut diacungi jempol. Efektivitas pengolahan bola sangat enak ditonton. Hal tersebut, menununjukan memang layak tim ini berperingkat FIFA tinggi.

Meskipun menang dalam laga di atas, harus diakui Timnas masih banyak kekurangannya. Kesalahan-kesalahan elementer kerap terjadi. Komunikasi antar pemain belum berjalan sesuai dengan instruksi Shin Tae-yong. Para pemain masih sering salah pengertian. Sebuah istilah yang selalu terdengar dari reporter dan komentator.

Kemudian, stadion megah berkapasitas 38.000 tempat duduk terlihat sepi. Menurut berita, hanya terisi kurang dari 4000-an saja. Sungguh ironis untuk sebuah pertandingan kelas Timnas.

Banyak pembelajaran yang diperoleh dari pertandingan di atas. Pertama, panitia penyelenggara (PSSI), harusnya sudah mengantisipasi dari awal. Setiap laga Timnas di Bandung selalu kurang animo penonton. Bertolak belakang jika Persib Bandung yang tampil di sana.

Sangat berbeda jika pertandingan digelar di Sidoarjo yang selalu sesak stadionnya jika ada pertandingan sepak bola. Berkaca dari kompetisi kelompok umur saja, masyarakat di sana selalu berbondong-bondong ke stadion.

Kedua, kurangnya promosi dari panitia menjadi salah satu sebab sepinya penonton. Padahal, di era sekarang, dunia olahraga tidak bisa dilepaskan dari sektor entertainment. Tidak berlebihan jika dibuat sebuah even hiburan untuk menarik animo penonton sebelum pertandingan di gelar. Bahkan, ini akan menjadi branding luar biasa yang bisa 'dijual' ke pemirsa luar negeri.

Akhirnya, laga kedua di Pakansari Bogor semoga tidak sepi penonton. Disayangkan, jika pertandingan berbendera negara hanya disaksikan oleh 'bangku-bangku' kosong saja.

Semoga tren kemenangan di pertandingan pertama tetap dijaga. Dan, Indonesia berhasil memperbaiki peringkatnya, walaupun stadion sepi pendukungnya. Bravo Timnas!

sumber : https://retizen.id/posts/179408/belajar-dari-sepinya-laga-timnas-vs-curacao
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler