Kanselir Jerman Amankan Pasokan Gas dengan Kunjungi Negara Teluk
Kanselir Jerman mengunjungi Aeab Saudi, Uni Emirat Arab, kemudian lanjut ke Qatar.
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz menanam pohon di taman bakau di Uni Emirat Arab (UEA) pada Ahad (25/9/2022). Penanaman ini tanda kepedulian terhadap lingkungan selama kunjungan dua hari ke kawasan Teluk.
Jerman sedang mencoba menghentikan impor energi dari Rusia sebagai tanggapan atas invasi Ukraina, sambil menghindari kekurangan energi di bulan-bulan musim dingin mendatang. Untuk melakukannya, pemerintah Jerman mencari pemasok gas alam baru sambil memasang terminal untuk membawa bahan bakar ke negara itu dengan kapal.
Setelah mengunjungi Jubail Mangrove Park di Abu Dhabi, Scholz bertemu Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Pertemuan itu untuk menandatangani kesepakatan kerja sama energi dan membahas negara itu menjadi tuan rumah pembicaraan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun depan.
Perusahaan utilitas Jerman RWE mengumumkan pada Ahad, mereka akan menerima pengiriman pertama gas alam cair dari Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi tahun ini. Dalam kesepakatan terpisah, RWE akan bermitra dengan Masdar yang berbasis di UEA untuk mengeksplorasi proyek energi angin lepas pantai lebih lanjut.
Dari Abu Dhabi Scholz terbang ke Qatar untuk bertemu emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Mereka mendiskusikan hubungan bilateral, isu-isu regional seperti ketegangan dengan Iran dan tuan rumah Piala Dunia sepak bola di negara itu.
Pemberhentian pertama pemimpin Jerman adalah Arab Saudi pada Sabtu (24/9/2022). Dia bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan langsung mendapatkan kritik dari kelompok hak asasi manusia karena dugaan keterlibatan pemimpin de facto Saudi itu dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Scholz mengatakan setelah pertemuan, dia telah membahas semua pertanyaan seputar hak sipil dan hak asasi manusia dengan sang pangeran. Hanya saja dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Selain masalah itu, pejabat Jerman mengatakan, semua perjanjian energi akan mempertimbangkan rencana negara itu untuk menjadi netral karbon pada 2045. Upaya ini membutuhkan peralihan dari gas alam ke hidrogen yang diproduksi dengan energi terbarukan dalam beberapa dekade mendatang.
Saudi memiliki wilayah luas yang cocok untuk pembangkit listrik tenaga surya murah. Kondisi ini dipandang sebagai pemasok hidrogen yang sangat cocok.
Para pejabat Jerman mencatat sebelum perjalanan, Scholz adalah salah satu dari beberapa pemimpin Barat yang bertemu putra mahkota Saudi dalam beberapa bulan terakhir. Pemimpin sebelumnya adalah Presiden Amerika Serikat Joe Biden, mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.