Selain Timbulkan Trauma, Menyaksikan KDRT Bisa Picu Sifat Agresif pada Anak
Ayah dan ibu perlu memberikan pendampingan jika anaknya melihat KDRT di keluarga.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog keluarga dan pernikahan Yulistin Puspaningrum mengingatkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa berdampak pada psikologis anak. Menyaksikan pertengkaran orang tua dapat menimbulkan sifat agresif pada anak.
"Bisa saja ada anak yang mengulangi, artinya dia meniru perilaku ayahnya, jadi dia agresif," ucap Yulistin saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin (3/10/2022).
Selain berperilaku agresif, menurut Yulistin, anak akan mengalami trauma jika melihat langsung kekerasan yang dilakukan orang tuanya. Pada anak perempuan, pengalaman itu dapat menimbulkan trauma.
Ketika anak gadis berkenalan dengan pria, memori buruk dari perlakuan kasar ayahnya terhadap ibu bisa kembali. Alhasil, ia menjadi jauh lebih sensitif.
"Kenal sama laki-laki dia terlalu sensitif, terlalu menjaga dirinya, jadi ada ketakutan, ada kekhawatiran pada dirinya. Timbul juga ketidakpercayaan dari dirinya," ucap Yulistin.
Pendampingan terhadap anak perlu dilakukan orang tua jika anak melihat pertengkaran di rumah. Ayah dan ibu perlu memberikan rasa aman bagi buah hatinya."
Dari orang tua misalnya, anak yang melihat orang tuanya bertengkar bisa disampaikan 'kejadian tersebut bukan berarti mama papa tidak sayang kamu, mama papa tetap sayang padamu dan tidak akan meninggalkan kamu'," papar Yulistin.
Trauma tersebut, menurut Yulistin, perlu ditangani dengan cepat oleh ahli yang mengerti. Dengan begitu, bisa muncul kembali rasa percaya dirinya dan anak tidak lagi menutup diri dari lingkungannya.