Saham Blue Chip Masuk Top Losers, IHSG Tersungkur ke Level 7.026,78

Sepang perdagangan hari ini IHSG konsisten bergerak di zona merah.

ANTARA/Muhammad Adimaja
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Rep: Retno Wulandhari Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (7/10/2022). Sepang perdagangan, IHSG konsisten bergerak di zona merah dan berakhir di level 7.026,78 atau melemah 0,70 persen.

Baca Juga


Masuknya sejumlah saham blue chip dalam daftar top losers cukup memberatkan pergerakan IHSG. BBCA terpangkas lebih dari dua persen. Sedangkan ASII, TLKM, BBRI, BBNI hingga UNVR kompak jatuh di atas 1 persen. 

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan indeks saham di Asia sore ini ditutup turun karena investor mengantisipasi rilis data pasar tenaga kerja (NFP) AS nanti malam di tengah kegelisahan mengenai risiko terjadinya resesi ekonomi global akibat pengetatan kebijakan moneter secara agresif oleh bank-bank sentral di dunia.

Ekonomi AS diprediksi menambah 250.000 pekerja bulan lalu, jauh di bawah rata-rata penambahan 487.000 per bulan selama setahun belakangan ini. Penambahan 250 000 pekerja ini masih cukup tinggi jika mengingat lonjakan inflasi dan kontraksi ekonomi AS selama dua kuartal beruntun.

"Investor berharap data NFP ini akan membantu membujuk bank sentral AS Federal Reserve bahwa lima kenaikan suku bunga tahun ini sudah mulai menampakkan hasil sehingga sudah bisa memperlambat rencana kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Jumat (7/10/2022).

Data NFP yang solid memberi kabar baik bagi pencari kerja. Di sisi lain, data tersebut menggambarkan ketahanan ekonomi AS sehingga mendorong Federal Reserve berpikir bahwa dibutuhkan kenaikan suku bunga yang lebih besar lagi.

Sebelumnya, pada Kamis kemarin data ADP Employment Change memperlihatkan sektor swasta AS merekrut 208.000 pekerja di bulan September. Angka ini ebih tinggi dari perekrutan pekerja sebanyak 185.000 di bulan Agustus.

Data ini memberi amunisi bagi para pejabat Federal Reserve yang mengatakan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut masih diperlukan untuk mendinginkan ekonomi dan menjinakkan inflasi yang saat ini berada di tingkat tertinggi dalam empat dekade.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler