BPBD Kabupaten Bogor Pasang Sensor di Lokasi Rawan Pergeseran Tanah

Terdapat 22 kecamatan di Kabupaten yang berpotensi terjadi bencana pergeseran tanah.

ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Kondisi jalan yang terbelah akibat pergerakan tanah di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/9/2022).
Rep: Antara Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor  memasang alat sensor manual di wilayah rawan bencana pergeseran tanah untuk melakukan deteksi dini. "Sensor pergerakan tanah, jadi kalau ada pergerakan bisa ketahuan. Banyak kita pasang," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bogor, Yani Hassan di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (10/10/2022).

Menurut dia, sensor yang dipasang bukan berupa peralatan modern, melainkan alat-alat sederhana berupa kayu dan tali. Meski begitu, alat tersebut dapat memberikan indikasi jika di wilayah yang dipasangi alat tersebut terjadi pergerakan tanah.

"Bukan alat canggih, tapi berupa kayu, kemudian memasang kabel, jadi kalau ada pergerakan (tanah) dia ketarik. Sensor itu bukan berarti pakai kamera dan sebagainya," terang Yani. Dia menyebutkan, petugas BPBD telah memasang peralatan tersebut di banyak titik yang tercatat memiliki potensi tinggi pergeseran tanah.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Aris Nurjatmiko menyebutkan, sebanyak 22 dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki potensi menengah hingga tinggi pergeseran tanah. "Dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor, empat kecamatan berpotensi menengah, 22 kecamatan berpotensi menengah-tinggi pergeseran tanah," ungkapnya.

Deretan kecamatan tersebut, mencakup Babakanmadang, Bojonggede, Cariu, Ciawi, Cibinong, Cigudeg, Cileungsi, Cisarua, Citeureup, Gunungsindur, Jasinga, Jonggol, Klapanunggal, Leuwisadeng, Megamendung, Nanggung, Parung, Sukajaya, Sukamakmur, Sukaraja, Tajurhalang, dan Tanjungsari.


Dia juga mencatat, ada 14 kecamatan yang memiliki potensi menengah-tinggi pergeseran tanah disertai banjir bandang atau aliran bahan rombakan. "Aliran bahan rombakan atau debris flow merupakan fenomena di mana percampuran air, lumpur, dan kerikil mengalir dengan kecepatan tinggi terbawa aliran banjir," terang Aris.

Menurut dia, data itu didapat BPBD dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Data tersebut merupakan gambaran umum mengenai potensi pergeseran tanah sejak Agustus-September 2022. Namun, kondisi itu lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya. Pasalnya, ada pengurangan beberapa wilayah yang berpotensi tinggi pergeseran tanah.

Sehingga, Aris mengimbau kepada warga Bogor selalu melihat peta pergerakan tanah yang diunggah BPBD secara berkala di akun resmi Instagram @bpbdkabbogor. "Bagi wilayah yang terdapat potensi tersebut selalu siaga menghadapi bencana. Siapkan tas siaga bencana agar selalu tanggap dalam menghadapi bencana yang datang secara tiba-tiba," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler