Banjir Pakistan akan Menyeret 9 Juta Orang ke dalam Kemiskinan

Sekitar 6-9 juta orang akan terseret ke dalam kemiskinan akibat banjir Pakistan

AP/Zahid Hussain
Bank Dunia mengatakan antara 6-9 juta orang akan terseret ke dalam kemiskinan akibat bencana banjir di Pakistan.
Rep: Fergi Nadira B Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI - Bank Dunia mengatakan antara 6-9 juta orang akan terseret ke dalam kemiskinan akibat bencana banjir di Pakistan. Hujan monsun melanda Pakistan dalam bencana yang telah menewaskan 1.700 jiwa sejak Juni.

Banjir yang belum pernah terjadi dalam sejarah itu juga menghancurkan dua juta rumah dan membuat sepertiga negara itu tenggelam. Sekitar 8 juta orang mengungsi di kamp-kamp yang tersebar di dekat danau.

Laporan Bank Dunia mencatat tingkat kemiskinan Pakistan diperkirakan akan meningkat antara 2,5 dan 4 poin presentasi akibat langsung dari banjir. Menurut laporan tersebut, hilangnya pekerjaan, ternak, panen, rumah, dan penutupan sekolah serta penyebaran penyakit dan kenaikan biaya makanan mengancam akan menempatkan antara 5,8 dan 9 juta orang dalam kemiskinan.

"Membalikkan efek sosial-ekonomi negatif ini kemungkinan akan memakan waktu cukup lama," kata laporan Bank Dunia seperti dikutip laman Pakistan Today, Senin (10/10/2022).

Menurut data Asian Development Bank (ADB), Pakistan yang berpenduduk 220 juta, sekitar 20 persennya sudah hidup di bawah garis kemiskinan. Sebelum banjir melanda, pundi-pundi Pakistan sudah dalam kondisi buruk seperti krisis biaya hidup, rupee yang menukik tajam, dan cadangan devisa yang semakin menipis.

Bank Dunia mengatakan inflasi di negara itu akan mencapai 23 persen untuk tahun keuangan 2023. Pakistan bertanggung jawab atas kurang dari satu persen gas rumah kaca global, namun menempati peringkat tinggi di negara-negara yang rentan terhadap cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Penelitian memproyeksikan bahwa cuaca buruk menjadi momok yang kerap muncul dan diperparah akibat dari emisi buatan manusia. Islamabad telah menyerukan negara-negara yang lebih kaya dan lebih industri dengan jejak karbon yang lebih besar untuk berkontribusi pada upaya bantuan sebagai bentuk keadilan iklim.

"Kami tidak memiliki ruang untuk memberikan paket stimulus ekonomi kami, yang akan menciptakan lapangan kerja, dan memberi orang pendapatan berkelanjutan yang mereka butuhkan,” kata menteri perubahan iklim Sherry Rehman pada pekan lalu.

"Kami masih dalam perjuangan panjang tanpa henti untuk menyelamatkan nyawa," imbuhnya.


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler