Risiko Radang Jantung Akibat Infeksi 7x Lebih Tinggi daripada Efek Samping Vaksin Covid-19

Masih ragu untuk mendapatkan vaksin Covid-19?

AP/Bob Edme
Seorang remaja menerima vaksin Pfizer Covid-19 di pusat vaksinasi, di Anglet, Prancis barat daya, Kamis, 23 Desember 2021. Risiko miokarditis alias radang jantung akibat pemberian vaksin Covid-19 lebih rendah dibandingkan akibat infeksi SARS-CoV-2.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Miokarditis secara konsisten ditandai sebagai salah satu bahaya utama SARS-CoV-2 sejak awal pandemi. Kondisi radang jantung ini menggambarkan peradangan otot jantung yang menyebabkan nyeri dada, sesak napas, dan detak jantung tidak teratur pada beberapa pasien.

Dalam kasus yang parah, peradangan organ dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian. Meskipun miokarditis erat kaitannya dengan infeksi virus, komplikasi jantung juga telah dikaitkan dengan vaksin mRNA Covid-19, terutama pada remaja laki-laki.

Risiko relatif itu, telah menjadi karakteristik yang buruk di sebagian besar studi. Untuk mengatasi kesenjangan penelitian sebelumnya, para ilmuwan di Penn State College of Medicine di AS membandingkan risiko miokarditis akibat terinfeksi virus versus karena vaksin. Temuan mengungkapkan bahwa risiko miokarditis akibat infeksi virus tujuh kali lebih besar daripada vaksin.

Temuan ini muncul dari analisis komparatif pasien Covid-19 yang divaksinasi dan tidak divaksinasi serta individu yang tak pernah terinfeksi virus. Mulanya, hasil studi menunjukkan bahwa risiko miokarditis 15 kali lebih tinggi pada pasien Covid-19 terlepas dari status vaksinasi dibandingkan dengan pasien non-Covid.

Namun, setelah membandingkan tingkat peradangan jantung pada pasien yang telah dan belum menerima vaksin, diketahui bahwa level peradangan individu yang divaksinasi cuma dua kali lipat lebih besar daripada mereka yang tidak divaksinasi. Ini menunjukkan bahwa risiko miokarditis akibat Covid-19 tujuh kali lebih tinggi daripada vaksin.

Dokter residen di Departemen Kedokteran di Penn State Health Milton S Hershey Medical Center, Navya Voleti, menyoroti pentingnya pemantauan efek jangka panjang dari kondisi peradangan pada pasien. Ia menyebut temuan timnya menunjukkan bahwa risiko miokarditis karena terinfeksi Covid-19 jauh lebih besar daripada akibat mendapatkan vaksin.

"Ke depannya, penting untuk memantau potensi efek jangka panjang pada mereka yang mengembangkan miokarditis," kata dia, seperti dikutip dari Express, Ahad (16/10/2022).

Paddy Ssentongo, seorang dokter residen di departemen yang sama, menyebutkan bahwa infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dan vaksin sama-sama terkait dengan risiko miokarditis. Namun, risiko relatif peradangan jantung yang disebabkan oleh infeksi secara substansial lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan oleh vaksin.

Baca Juga



"Kami berharap studi ini akan membantu mengurangi keraguan masyarakat terhadap vaksin dan meningkatkan cakupan vaksin," kata dr Paddy.

Studi ini dirilis bertepatan dengan seruan agar kelompok rentan di Inggris segera mendapatkan vaksin booster demi meningkatkan perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian, mengingat ada tanda-tanda kuat kemunculan gelombang baru Covid-19 Individu yang termasuk pada kelompok rentan mencakup mereka yang memiliki penyakit kronis, ibu hamil, dan siapa pun yang berusia 60 tahun ke atas.

Para ahli juga telah memperingatkan bahwa kasus influenza kemungkinan besar akan lebih melonjak tahun ini. Sebab, imunitas di seluruh populasi mengalami penurunan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler