Musim tidak Normal, BNPB Ingatkan Waspada Sepanjang Tahun

BNPB mencatat 76 kejadian bencana dan mengakibatkan 13 orang meninggal selama sepekan

ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Sejumlah pengendara menerobos banjir di kawasan Pasar Warung Buncit, Jakarta Selatan, Sabtu (15/10/2022). Kawasan tersebut kerap menjadi langganan banjir saat hujan deras yang disebabkan sistem drainase yang kurang maksimal dan aliran Kali Mampang yang mengalami pendangkalan.
Rep: Fauziah Mursid Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap bencana sepanjang tahun. Pesan ini disampaikan mengacu catatan BNPB tentang kejadian bencana di musim-musim yang tidak pada waktunya.

Baca Juga


Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mencontohkan bulan Juni-Agustus yang semestinya masih musim kemarau, tetapi sudah terjadi bencana banjir, tanah longsor cukup tinggi dan cuaca ekstrem. "Sehingga kita harus menyampaikan pesan kepada masyarakat dengan catatan historis seperti ini, ini adalah data real, data yang dilaporkan ke kita, tidak ada waktu untuk kita dalam satu tahun itu, setiap bulan untuk tidak waspada bencana hidrometeorologi basah," ujar Muhari dalam paparannya secara daring, Senin (17/10/2022) sore.

Muhari menjelaskan, peralihan musim kemarau ke penghujan yang biasanya terjadi September hingga November, tetapi justru sudah hujan di bulan-bulan tersebut. Begitu juga musim peralihan hujan ke kemarau mulai Maret hingga Mei juga masih hujan.

"Kalau kita lihat historisnya itu terjadi pada fase-fase peralihan, tapi sekarang musim-musim ini ini tidak normal lagi, kadang-kadang Agustus yang seharusnya kemarau kita masih hujan bahkan intensitasnya tinggi banjirnya tinggi," ujarnya.

"Juni Juli Agustus itu seharusnya kita masih kemarau tapi di sini kita lihat banjir cukup tinggi kemudian cuaca ekstrim cukup tinggi, longsor juga cukup tinggi," tambahnya.

Karena itu, dia meminta perlunya kewaspadaan semua pihak akan potensi terjadinya bencana khususnya hidrometeorologi basah. Menurutnya, potensi bencana bisa terjadi kapan pun.

"Pak, ini bulan Agustus kemarau, kemarau pun kita harus waspada longsor, Agustus pun kita harus waspada banjir. Jadi tidak ada satu bulan dalam satu tahun kalau kita lihat data ini waktu untuk tidak waspada bencana hidrometeorologi," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 76 kejadian bencana dan mengakibatkan 13 orang meninggal dunia selama sepekan dari 10-16 Oktober 2022. Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, 13 orang itu, yakni delapan korban meninggal akibat banjir dan lima karena tanah longsor.

 

 

Rata-rata kejadian itu kalau kita lihat tadi akibat banjir delapan korban meninggal dunia, tanah longsor lima korban meninggal dunia, pada umumnya di kota Bogor nanti kita bisa liat ada lokasi-lokasi yang sebelumnya mungkin bukan daerah yang biasa terkena bencana itu," ujar Muhari.

Muhari mengatakan, adanya lokasi bencana baru ini yang membuat belum ada kesiapsiagaan masyarakat. Karena itu, Muhari mengingatkan masih tingginya intensitas hujan di seluruh daerah, membuat daerah yang sebelumnya tidak rawan bencana, juga perlu diantisipasi seluruh masyarakat.

"Mungkin bukan daerah rawan banjir atau rawan longsor tapi karena saking tingginya intensitas hujan, tanah yang kita anggap cukup kuat ternyata tidak terlalu kuat untuk menampung debit air yang ada, ini rata-rata penyebabnya," ujarnya.

 

Untuk itu, dia mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan Pemerintah daerah, BPBD hingga masyarakat terhadap potensi terjadinya bencana di setiap daerah. Ini mengingat intensitas curah hujan diprediksi masih cukup tinggi dan merata di berbagai wilayah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler