Hari Santri, Ketum Persis: Momentum Menjaga Spirit Jihad
Santri terus menghadapi tantangan perubahan global yang sangat dinamis.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum (Waketum) Persatuan Islam (Persis) KH Jeje Zaenudin mengatakan momentum hari santri sepatutnya disyukuri sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan negara kepada jasa perjuangan dan pengorbanan para ulama dalam memobilisir rakyat Indonesia dan kaum santri khususnya dalam mempertahankan kemerdekaan.
Namun demikian, menurut Kiai Jeje, bukan berarti kaum santri harus berbangga diri apalagi jumawa atau sombong dengan peran dan jasa nenek moyangnya pada masa dulu. Sebab hal itu bukan hanya sebagai sikap yang sia-sia tetapi juga dilarang oleh Islam.
Dia pun mengutip ayat Alquran,
تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Mereka itu adalah umat yang telah berlalu, bagi mereka pahala perbuatan mereka dan bagi kalian hasil jerih payah kalian. Kalian tidak akan ditanya tentang apa yang mereka kerjakan". (QS. Al-Baqarah Ayat 134)
"Jadi, sebagai generasi pewaris para ulama, kita sebagai kaum santri jangan hanya bisa bangga dan bernostalgia dengan heroisme semangat jihad para tokoh ulama dan para santri jaman dahulu, melainkan wajib meneladani spirit jihad, keberanian, kepahlawanan dan keikhlasan pengorbanan yang telah dicontohkan para ulama dan para santri terdahulu," ujar Kiai Jeje kepada Republika.co.id, Jumat (21/10/2022).
Menurut dia, para ulama dan santri dulu memiliki spirit jihad untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan negara dan menjaga kemuliaan agama. Kemudian, hal itu ditransformasikan menjadi kiprah nyata perjuangan dalam mengawal dan mengisi kemerdekaan agar tetap terjaga, istiqamah, lurus dan konsisten dalam rel cita-cita Indonesia merdeka.
Dia menambahkan, para santri saat ini dan masa yang akan datang sedang dan akan terus menghadapi tantangan perubahan global yang sangat dinamis bahkan berpotensi destruktif, merusak tatanan dan nilai-nilai agama, serta terus berjuang menjaga keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara.
"Karenanya dibutuhkan generasi santri yang memiliki visi yang responsif dan antisipatif dengan wawasan luas yang dapat memandang jauh ke depan dalam menyiapkan peradaban gemilang bagi kejayaan umat dan bangsa," kata Ketua MUI Pusat ini.