3 Tahun Pimpin BUMN, Erick Bawa Kinerja BUMN Lebih Moncer
Erick telah menyederhanakan jumlah BUMN dari 108 BUMN menjadi 41 BUMN.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berhasil menjawab kepercayaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan masyarakat. Sejak dilantik pada 23 Oktober 2019, Erick telah membuat gebrakan besar dalam transformasi BUMN.
Pada awal kepemimpinannya, mantan Presiden Inter Milan itu merampingkan struktur organisasi Kementerian BUMN, jumlah BUMN, hingga klaster BUMN. Dalam tiga tahun terakhir, Erick memangkas jumlah klaster BUMN dari 24 klaster menjadi 12 klaster, menyederhanakan jumlah BUMN dari 108 BUMN menjadi 41 BUMN, serta membentuk sejumlah holding dalam membangun eksosistem industri yang terintegrasi.
Sebelum memperbaiki BUMN, Erick lebih dahulu membenahi strukur organisasi di Kementerian BUMN. Jika sebelumnya setiap deputi mengelola begitu banyak portofolio, kini Erick menjadikannya lebih efisien dengan cukup fokus pada masing-masing sektor seperti keuangan, SDM, hingga legal.
"BUMN tidak mungkin bertransformasi kalau Kementerian BUMN tidak melakukan transformasi. Hal ini mengapa kita ubah struktur Kementerian BUMN untuk lebih fokus korporasi bukan birokrasi," ucap Erick saat menjadi pembicara dalam forum konferensi Forbes di Singapura, beberapa waktu lalu.
Erick mengatakan Kementerian BUMN untuk pertamakalinya mempunyai laporan tahunan konsolidasi sebagai usaha untuk meningkatkan transparansi dan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan BUMN kepada publik. Layaknya laporan tahunan korporasi, ucap Erick, Kementerian BUMN berupaya profesional, transparan dan akuntabel dalam mengelola BUMN yang merupakan aset bangsa.
Selama tiga tahun terakhir, ucap Erick, Kementerian BUMN telah melakukan transformasi melalui empat inisiatif program, yaitu transformasi penyehatan dan penyelamatan BUMN strategis (termasuk restrukturisasi Garuda, Waskita, Jiwasraya dan PTPN); transformasi atas struktur portofolio BUMN, melalui pembentukan klaster dan penajaman masing-masing klaster dengan pembentukan holding BUMN; transformasi tata kelola dan manajemen risiko yang menyeluruh baik pada tingkat kementerian maupun pada tingkat BUMN dan peningkatan kualitas SDM BUMN yang lebih inklusif; dan penciptaan terobosan-terobosan model bisnis dan inovasi baru, termasuk pembentukan Holding Ultra Mikro (antara BRI, Pegadaian dan PNM), Business model Innovation and Technology Leadership.
"Transformasi yang kita lakukan, terbukti mampu mendongkrak kinerja BUMN dan itu tercermin dari angka-angka yang bisa dijadikan indikator, mulai dari laba, margin Ebitda, peningkatan penjualan hingga penurunan rasio utang pendanaan terhadap total investasi tertanam sebagai hasil inisiatif restrukturisasi yang kami lakukan," sambung Erick.
Dari laporan laba rugi konsolidasi Portofolio BUMN, ucap Erick, dapat dilihat kinerja perekonomian secara keseluruhan. Pendapatan konsolidasi pada 2021 meningkat menjadi Rp 2,292,5 triliun atau tumbuh 18,8 persen dibandingkan 2020. Hal ini didorong oleh pertumbuhan harga komoditas global, peningkatan penjualan akibat peningkatan aktivitas penanggulangan Covid-19 dan pertumbuhan volume penjualan akibat pemulihan sebagian kegiatan ekonomi di beberapa klaster.
Sementara margin Ebitda, sebagai indikasi efisiensi operasional, mengalami peningkatan menjadi 20,4 persen pada 2021, terutama disebabkan perbaikan efisiensi pada beban operasional tidak langsung. Erick menyampaikan perbaikan juga terlihat dari penurunan bunga BUMN konsolidasi yang turun dari Rp 91,5 triliun menjadi Rp 73,5 triliun
"Artinya jelas sehat, kalau ada persepsi bilang BUMN banyak utang, total utang BUMN itu Rp 1.500 triliun dan modal yang diinvestasikan sebesar Rp 4.209 triliun. Artinya perbandingan 35 persen antara utang dan ekuitas, artinya sehat," ucap Erick.
Mantan Presiden Inter Milan tersebut mengatakan pertumbuhan penjualan, perbaikan margin operasi, penurunan beban bunga akibat restrukturisasi dan penurunan kerugian kurs, pada akhirnya memberikan kontribusi positif yang mengakibatkan laba bersih 2021 meningkat menjadi Rp 124,7 triliun atau naik 838,2 persen dibandingkan 2020 yang sebesar Rp 13,3 triliun.
Pria kelahiran Jakarta itu mengaku tak akan berhenti meneruskan tren positif transformasi BUMN. Erick mengaku terus mendorong perampingan jumlah BUMN agar lebih efektif dan berkontribusi lebih bagi negara dan masyarakat.
"Kita ingin memastikan bukan banyaknya BUMN, tapi dampak BUMN kepada industri, value kepada masyarakat, dan kita harap juga BUMN bisa memberikan kontribusi ke negara seperti data tiga tahun terakhir, kontribusi BUMN mencapai Rp 1.198 trilliun atau naik Rp 68 triliun dari tiga tahun lalu," kata Erick.
Salah satu capaian BUMN dalam tiga tahun terakhir dapat terlihat nyata pada aspek keberpihakan terhadap UMKM. Lewat program Pasar Digital (PaDi) UMKM, Erick ingin adanya ekosistem yang mengintegrasikan kebutuhan BUMN dengan produk UMKM.
"64,5 juta UMKM, 97 persen lapangan pekerjaan oleh UMKM. Kita harus punya kepedulian membangun sebuah ekosistem kebersamaan. Tadi saya bilang, saya tidak percaya ekonomi Indonesia dibangun berdasarkan oligarki atau kapitalis," ujar Erick dalam acara PaDi Expo 2022 di Sarinah, Jakarta, Rabu (28/9/2022).
Erick sejak awal meminta para direksi BUMN membentuk sebuah ekosistem dalam menyerap produk UMKM. Erick mengatakan BUMN memiliki komitmen dalam memberikan pembiayaan, pendampingan, dan juga bertindak sebagai offtaker untuk membeli produksi UMKM.
Keterlibatan hingga transaksi BUMN dalam PaDi UMKM pun terus meningkat setiap tahun. PaDi Expo pertamakali digelar pada 2020 dan hanya diikuti sembilan BUMN, 244 UMKM, 92 ribu transaksi dengan nilai transaksi mencapai Rp 11,7 triliun. Nilai transaksi meningkat pada gelaran PaDi Expo 2021 mencapai Rp 21,9 triliun. Sementara pada PaDi Expo 2022, terdapat 94 BUMN dan anak usaha BUMN serta 412 UMKM yang berpartisipasi dengan nilai transaksi mencapai Rp 24,5 triliun.