Bank Jago Bukukan Laba Bersih Melonjak Rp 41 Miliar per September 2022

Laba bersih Jago tumbuh 224 persen dari rugi bersih Rp 33 miliar yoy

Republika/Idealisa masyrafina
PT Bank Jago Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 41 miliar per September 2022. Adapun realisasi ini tumbuh 224 persen dari rugi bersih Rp 33 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy).
Rep: Novita Intan Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Jago Tbk membukukan laba bersih Rp 41 miliar per September 2022. Adapun realisasi ini tumbuh 224 persen dari rugi bersih Rp 33 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy).


Berdasarkan keterbukaan informasi perusahaan, Senin (24/10/2022) pencapaian ini membalikkan pesimisme banyak pihak terkait prospek bisnis bank digital. Di tengah kenaikan suku bunga acuan dan risiko perlambatan ekonomi akibat inflasi tinggi, Bank Jago membukukan kenaikan pendapatan bunga double digit, yang menjadi pendorong laba bersih. 

Adapun lonjakan pendapatan ini tentu sejalan dengan laju pertumbuhan kredit dan kemampuan perusahaan mengelola biaya dana. Per kuartal III 2022, Bank Jago membukukan pendapatan bunga (interest income) sebesar Rp 379 miliar. Pencapaian ini lebih tinggi dari kuartal I dan II yang masing masing sebesar Rp 347 miliar dan Rp 358 miliar.

Jika diakumulasi, maka total pendapatan bunga Bank Jago selama sembilan pertama 2022 sebesar Rp 1,08 triliun atau 205 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pencapaian selama tiga kuartal ini telah melampaui pendapatan bunga sepanjang 2021 senilai Rp 652 miliar.

Saat pendapatan bunga melonjak 205 persen, Bank Jago berhasil menjaga beban bunga meningkat 166 persen menjadi Rp 101 miliar. Alhasil,  pendapatan bunga bersih naik 210 persen menjadi Rp 984 miliar.

“Kemampuan memperbesar porsi dana murah menempatkan Bank Jago sebagai salah satu bank yang siap menghadapi risiko kenaikan suku bunga acuan. Struktur pendanaan membuat Jago menjadi lebih kompetitif,” ujar Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya.

Pendapatan bunga sejalan dengan kenaikan penyaluran kredit yang tumbuh positif. Per September 2022, Bank Jago membukukan kredit senilai Rp 8,16 triliun atau naik 119 persen per September 2021 senilai Rp 3,73 triliun.

Adapun rasio intermediasi yang tercermin pada loan to deposit ratio berada level 112 persen. Artinya, jumlah kredit yang disalurkan jauh lebih besar dari dana pihak ketiga yang dikumpulkan.

Per kuartal III 2022,Bank Jago menyalurkan kredit Rp 8,16 triliun, sedangkan total dana pihak ketiga sebesar Rp 7,28 triliun pada kurun waktu yang sama terdiri dari current account saving account atau dana murah sebesar Rp 5,14 triliun dan term deposit (deposito) atau dana mahal senilai Rp 2,14 triliun.

Meski jumlah kredit lebih tinggi dari deposito, bukan berarti Bank Jago mengalami pengetatan likuiditas. Bank Jago masih punya celengan dari hasil penerbitan saham baru. Maka itu, ekuitas bank ini sebesar Rp 8,28 triliun per September 2022.

 

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menambahkan semakin tinggi loan deposit ratio sebuah bank maka akan semakin maksimal pemanfaatan dana yang dimiliki dalam menghasilkan keuntungan/laba. Namun sisi lain akan meningkat resiko ketika dana yang disalurkan tersebut memiliki kualitas pengembalian yang tidak baik dan likuiditas rendah.

“Jadi untuk ARTO dengan LDR 112 persen akan sangat positif jika rasio non performing loan rendah dan CAR yang dimiliki masih sangat besar,” katanya.

Adapun beban operasional sebesar Rp 722 miliar atau tumbuh 115 persen. Beban operasional mencerminkan nilai investasi IT, biaya pegawai termasuk rekrutmen tenaga kerja baru yang relevan dengan aspirasi perusahaan, biaya akuisisi nasabah dan aneka biaya promosi.

Tapi, karena pendapatan bunga bersih sebesar Rp 984 miliar, perusahaan masih mampu menyisihkan Rp 316 miliar sebagai pendapatan operasional bersih atau tumbuh 2.823 persen dari periode sebelumnya senilai Rp 11 miliar. Catatan negatif Bank Jago pada kuartal ini hanya terletak pada rasio kredit bermasalah gross sebesar 2,1 persen dan non performing loan Net satu persen. Angka non performing loan sudah lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Namun demikian, meski di bawah rata rata industri, non performing loan membuat cost of credit melonjak 541 persen menjadi Rp 268 miliar.

 

Andai lonjakan cost of credit tidak sebesar itu, mungkin net operating income yang dapat dikonversi menjadi laba bersih bukan lagi Rp 41 miliar, tapi jauh lebih besar dari itu. Di luar catatan non performing loan, Bank Jago tumbuh sangat sehat dan memiliki fundamental yang kuat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler