Kedekatan Erick Thohir dengan NU Dinilai akan Percepat Pemberdayaan Umat
Erick dinilai mendedikasikan waktunya untuk memberdayakan umat Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pujian Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), kepada kiprah Menteri Erick Thohir yang sukses sebagai pengusaha dan pejabat publik direspon positif banyak pihak. Salah satunya Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Dr Wawan Mas'udi, S.IP., M.P.A., Ph.D. yang menilai suatu apresiasi dan keberhasilan yang telah ditoreh Erick Thohir untuk dekat dan memberdayakan umat Islam di Indonesia.
Ia berkata, dedikasi dan kemampuan Erick Thohir serta waktunya memberdayakan umat Islam sudah tak diragukan lagi, khususnya melalui ormas Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan GP Ansor. "Pujian Gus Yaqut ini menunjukan kenyamanan mayoritas umat Islam yang ditunjukan oleh komunitas NU dan GP Ansor kepada Menteri Erick. Mereka dapat saling mengisi dan membutuhkan," kata Wawan, Senin (24/11/2022).
Menurut dia, proses kenyamanan antara Erick dan NU ini tentu bukan jangka pendek. Namun ada proses yang sangat panjang yang harus dilalui. Kalau Erick mencoba masuk ke NU namun chemistry tidak terbentuk, kata Wawan, tentu tidak menimbulkan kenyamanan.
"Kedekatan ini bukan pragmatis politik. Tetapi lebih dari itu yaitu memberdayakan umat Islam di Indonesia. Dan itu niat yang sangat mulia," kata Wawan.
Pada saat puncak Hari Santri, Gus Yaqut dalam sambutannya meminta agar para santri dapat mengikuti dan mencontoh keberhasilan Menteri Erick baik sebagai pengusaha dan pejabat publik. Bahkan Gus Yaqut berharap santri seperti Menteri Erick dapat ikut dalam kancah Pilpres 2024 mendatang.
Wawan menilai dengan latar belakang pengusaha yang sukses, Menteri Erick mencoba mentransformasi pengalaman dan sumberdaya yang selama ini ia miliki untuk membantu kemajuan warga NU. Menteri Erick mencoba untuk memperkuat dan memperkokoh semangat kewirausahaan kepada ormas Islam moderat terbesar di Indonesia.
"Ini yang mungkin meninggalkan kesan tersendiri bagi Nahdiyin ke Menteri Erick. Menteri Erick menunjukan keseriusannya untuk memperkenalkan entrepreneurship kepada santri NU dan GP Ansor," ucap Wawan.
Ia berkata selama ini kultur wirausaha di kalangan pesantren masih kosong. Erick Thohir dinilai Wawan berhasil masuk ke komunitas pesantren tersebut dengan visi yang jelas.
"Yaitu program kewirausahaan. Dan itu direspon sangat positif oleh komunitas pesantren. Ide wirausaha tersebut saat ini sangat dibutuhkan oleh pesantren di Indonesia," kata Wawan.
Dengan ketulusan membantu komunitas NU, menurut wawan, juga memberikan dampak dan menghadirkan identitas baru seperti santri kepada Menteri Erick. Selama ini identitas santri belum dimiliki oleh Menteri Erick. Identitas santri tidak semata-mata hanya dibangun dengan program kewirausahaan. Namun perlu dibangun dengan program seperti pengajian dan kedekatan kepada kiai.
"Mungkin saat ini waktunya Menteri Erick untuk berguru dan menyerap ilmu agama kepada kiai di NU. Sehingga nantinya Menteri Erick bisa menjadi santri seutuhnya. Memang jenjang santri yang dilakoni Menteri Erick bukan seperti santri zaman dulu. Dengan silahturahmi, berdialog, berguru dan menyerap ilmu agama dari kiai juga bisa dikatakan santri," kata Wawan.
Wawan menilai kontribusi Erick Thohir memberdayakan umat Islam di Indonesia sudah terlihat dengan jelas. Banyak kebijakan yang dikeluarkan Erick ditujukan untuk memberdayakan umat Islam. Contohnya adalah langkah Menteri Erick untuk terus memperkuat dan menambah produk yang ada di Bank Syariah Indonesia (BSI). Dengan memperkuat BSI diharapkan ekonomi umat akan semakin lebih kuat.
"Program yang dikeluarkan Menteri Erick di BUMN dalam memberdayakan umat Islam merupakan wujud keberpihakan dan komitmen beliau. Menteri Erick juga mendorong pemahaman Islam yang moderat di mesjid-mesjid BUMN. Sehingga Islam yang ada di BUMN bukan Islam radikal. Tetapi Islam moderat, moderen, terbuka dan lebih Indonesia," ucap Wawan.