Hal Ini Jadi Penyebab Utama Tingginya Angka Kanker Payudara pada Perempuan
Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak mendera perempuan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker payudara merupakan salah satu kanker terbesar yang diidap perempuan Indonesia. Meski juga bisa mengusik laki-laki, kanker payudara umumnya dialami perempuan.
Apa yang menyebabkan kanker payudara paling banyak mengenai perempuan? Prof Noorwati Sutandyo mengatakan, kanker payudara adalah jenis kanker yang paling banyak terjadi pada wanita, baik di dunia maupun di Indonesia.
Di Indonesia, kanker payudara merupakan pembunuh atau angka kematiannya paling besar dibandingkan kanker lain. Ia menjelaskan penyebab kanker payudara itu banyak faktor.
Kanker payudara memiliki dua macam faktor risiko. Ada faktor risiko yang dapat dihindari dan faktor risiko yang tidak dapat dihindari.
Faktor risiko yang tidak dapat dihindari pertama adalah genetik. Untuk faktor risiko yang tidak dapat dihindari, genetik hanya berkontribusi lima sampai tujuh persen.
Selain itu, hormon estrogen atau hormon wanita juga menyebabkan kanker payudara. Mentruasi pada usia terlalu dini (sembilan tahun) juga memicu kanker payudara. Menopause pada usia yang terlalu tua (55 atau 56 tahun) juga menjadi faktor risiko kanker payudara pada wanita.
Tak hanya itu, tidak menyusui juga menjadi faktor risiko kanker. Demikian juga dengan melahirkan pada usia di atas 40 tahun.
"Sebab paparan terhadap hormon estrogennya makin lama makin panjang," ujar Prof Noorwati dalam webinar "Mengenal Imunoterapi: #HarapanBaru melawan Dua Kanker Ganas Terbesar pada Perempuan", di Jakarta, Selasa (25/10/2022).
Faktor risiko lain yang tak dapat dihindari lainnya adalah usia. Semakin tua usia, menurut Prof Noorwati, kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara semakin besar.
Sementara itu, faktor risiko yang dapat dihindari di antaranya tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, dan tidak mengonsumsi makanan berlemak. Tidak memakai pil KB dalam waktu yang sangat lama juga merupakan faktor risiko yang bisa dihindari.
"Pil KB itu pada waktu perkawinan saja, setelah anak kedua, anak ketiga itu saya kira tidak masalah," kata Prof Noorwati.
Apalagi, pil KB yang ada saat ini dicampur dengan progesteron. Menurut Prof Noorwati, pemakaian pil KB dalam masa pernikahan tidak masalah.
"Tapi kalau dia mengonsumsi pil murni estrogen, apalagi dia minumnya sejak mulai remaja, itu juga merupakan faktor risiko kanker," ujarnya.
Selain itu, orang juga berisiko kanker jika tidak beraktivitas dan menjadi sangat gemuk. Makan berlemak dan kurang konsumsi sayur juga dapat berperan.
"Perilaku kita sehari-hari merupakan faktor risiko yang dapat dihindari," kata Prof Noorwati.