Hakikat dan 12 Syarat Dikabulkannya Doa Hamba oleh Allah SWT

Syarat dikabulkannya doa secara umum kembali ke hamba yang berdoa

Anadolu Agency
Ilustrasi doa. Syarat dikabulkannya doa secara umum kembali ke hamba yang berdoa
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Doa menurut bahasa adalah ath-thalabu yang berarti permohonan atau an-nidaa'u yang berarti panggilan. 

Baca Juga


Sedangkan menurut istilah syar'i, doa adalah meminta pertolongan kepada Allah SWT, berlindung kepada-Nya, dan memanggil-Nya demi mendapatkan manfaat atau kebaikan dan menolak gangguan atau bala. 

Sedangkan hakikat doa adalah seorang hamba menampakkan bahwa dirinya benar-benar membutuhkan Allah Yang Mahasuci, dengan melepaskan diri dari segala kekuatan dan daya manusia. Serta hanya berlindung kepada Dzat Yang Mahakuat dan Mahamulia. 

Ahmad bin Abdullah Isa dalam buku Ensiklopedia Doa dan Wirid Shahih Berdasarkan Alquran dan Hadist yang diterbitkan Pustaka Elba, 2006. Dia menjelaskan syarat-syarat dikabulkannya doa. 

Pertama, mengikhlaskan ibadah dan niat kepada Allah SWT. Doa yang dipanjatkan terbebas dari syirik, riya, dan sum'ah. 

Juga terbebas dari hal-hal semacam meminta harta, meminta pangkat, anak, dan kesehatan yang hanya bertujuan untuk menyombongkan diri, pamer di hadapan manusia atau untuk memenuhi nafsu syahwatnya. 

Kedua, sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW dalam berdoa. Seseorang berdoa sesuai dengan syariat Allah, dan berdoa hanya mengharap wajah Allah Yang Mulia. 

Dia tidak memohon kecuali hanya kepada Allah. Tidak meminta pertolongan kecuali kepada Allah SWT.   

Ketiga, memperbanyak berbuat taat dan berupaya meninggalkan maksiat. Segera bertaubat dari maksiat yang dikerjakan, mengembalikan segala kezaliman yang pernah dilakukan kepada manusia, bersungguh-sungguh dalam mensucikan diri dari segala dosa, menjauhi segala macam syubhat (hal-hal yang meragukan), memperbanyak berdzikir kepada Allah SWT, memperbanyak istighfar, bergaul dengan orang-orang saleh dan lain sebagainya. 

Keempat, percaya penuh kepada Allah SWT, disertai dengan keyakinan bahwa Allah SWT pasti mengabulkan doanya. Ditambah dengan kemauan keras, kesungguhan, kegigihan, dan tanpa putus asa dalam berdoa. 

Kelima, berhati-hati dalam hal makan dan minum, selalu memilih makanan, minuman, dan pakaian yang halal. 

Keenam, tidak meninggalkan amar makruf nahi mungkar. Juga tidak meninggalkan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan saat berdoa kepada Allah SWT. 

Ketujuh, tidak meminta atau berdoa dengan hal-hal yang diharamkan, seperti minta diberi khamr, memohon kepada Allah SWT untuk memutus tali silaturahim atau memohon kepada Allah SWT agar bisa berbuat zalim kepada manusia. 

Kedelapan, kehadiran hati, kekhusyuan, dan pengharapan yang besar terhadap pahala dari Allah SWT saat berdoa. Juga merasa sangat takut jika tertimpa siksa dari-Nya. 

Kesembilan, tidak terburu-buru dengan terkabulnya doa. Sebagaimana orang yang menuntut hak dari orang lain. Sebab tidak ada seorang pun yang punya hak atas Allah SWT. 

Kesepuluh, menjaga sopan santun dan adab-adab saat berdoa. Meluruskan lisan saat membaca, sehingga doa-doa yang dilafalkannya keluar dengan bacaan yang benar. Juga tidak memanggil Allah dengan ucapan-ucapan yang tidak layak, seperti mengucapkan, "Wahai Pencipta ular dan kalajengking." 

Kesebelas, diusahakan pada saat berdoa, seorang hamba menampakkan kerendahan dan kebutuhannya yang besar kepada Allah SWT. 

Keduabelas, hendaknya dia juga harus menjaga i'rob (susunan kata) saat berdoa, sehingga tidak merusak makna doa tersebut. 

Dia juga memohon kepada Allah SWT dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia, seperti ucapan, "Ya Dzal Jalaali wal lkraam" dan mengucapkan dzikir-dzikir lain yang ada nama Allah Yang Agung.      

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler