Dokter FIFA Jadikan Piala Dunia Qatar Sebagai Percontohan Penanganan Gegar Otak

Tim dapat mengganti pemain yang diduga gegar otak meskipun jatah sudah habis.

AP Photo/Darko Bandic
Branding Piala Dunia ditampilkan di dekat Pusat Pameran dan Konvensi Doha, di Doha, Qatar, 31 Maret 2022.
Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter FIFA, Andrew Massey, menyoroti cedera otak dalam sepak bola sebagai prioritas utamanya menjelang Piala Dunia 2022 Qatar. Pada Piala Dunia kali ini, untuk pertama kalinya tim dapat menggunakan pemain pengganti tambahan jika seorang pemain diduga mengalami gegar otak saat laga berjalan. 

Baca Juga


Menurutnya turnamen Piala Dunia harus memberikan contoh agar penerapannya bisa diikuti di akar rumput. "Saya bergabung dengan FIFA untuk mencoba dan membuat sedikit perbedaan, dan cedera otak adalah yang teratas dalam daftar saya. Itu yang bisa kami fokuskan," kata Andrew, yang bergabung dengan badan pengatur sepak bola dunia itu sebagai direktur medis pada 2020 setelah menjadi dokter tim di Liverpool. "Apa yang kami lakukan di Piala Dunia akan dibuktikan di sepak bola akar rumput," tambahnya.

Turnamen di Qatar akan menjadi Piala Dunia pertama di mana tim dapat melakukan pergantian pemain tambahan dalam permainan untuk dugaan gegar otak, tanpa mengurangi jatah lima pergantian yang dapat digunakan dalam peraturan 90 menit.

Pada final Piala Dunia 2014, gelandang Jerman Christoph Kramer bertahan di lapangan selama 14 menit babak pertama setelah mendapat pukulan keras di wajah saat bertabrakan dengan lawan Argentina. Dia digantikan hanya setelah tumbang.

Sikap sepak bola yang sering tidak konsisten terhadap cedera kepala ditunjukkan di Liga Primer Inggris. Penjaga gawang Aston Villa asal Argentina Emiliano Martinez terus bermain selama beberapa menit melawan Newcastle meski tampak pusing setelah bertabrakan dengan rekan setimnya.

Badan pembuat aturan sepak bola, IFAB, secara khusus mengizinkan pergantian gegar otak di Piala Dunia karena melanjutkan uji coba yang berlangsung hingga Agustus tahun depan dengan sekitar 140 kompetisi secara global.

Massey mengatakan strategi FIFA adalah "mencurigai dan melindungi (suspect and protect), yang bertujuan untuk menghindari pemain yang cedera tetap berada di lapangan sampai tingkat keparahan cedera kepala menjadi lebih jelas. "Kami tidak ingin meninggalkan tim yang secara numerik kurang beruntung atau kurang beruntung secara taktik,” katanya kepada acara internal FIFA Living Football.

Di Qatar, staf medis tim akan memiliki tablet untuk melihat tayangan ulang video dengan cepat dan mendapatkan masukan dari pengamat gegar otak di tribun. "Semua yang dilakukan FIFA adalah mendukung tim dokter yang membuat keputusan akhir apakah seorang pemain dapat terus bermain atau harus diganti," kata Massey.

 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler