PM Baru Irak Lanjutkan Fasilitasi Dialog Saudi-Iran
Irak berharap untuk terus menjadi tuan rumah pembicaraan bagi Saudi dan Iran
REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri baru Irak Mohammed Shia al-Sudani berharap untuk terus menjadi tuan rumah pembicaraan bagi musuh bebuyutan regional, yaitu Arab Saudi dan Iran. Dia mengatakan pada Selasa (1/11/2022), pemerintahannya telah menerima tanda-tanda ketertarikan untuk terus memfasilitasi dialog antara kedua negara di Irak.
"Kami diminta untuk melanjutkan," katanya tanpa menjelaskan lebih lanjut saat berbicara pada konferensi pers pertamanya sejak pemerintahnya menerima mosi percaya parlemen pada pekan lalu.
Baghdad telah menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan langsung antara pejabat dari dua rival regional sejak tahun lalu. Meskipun pembicaraan sejauh ini hanya menghasilkan sedikit hasil.
Arab Saudi telah mengupayakan pembicaraan dengan Iran. Negara kerajaan itu mencoba untuk mengakhiri perang selama bertahun-tahun di Yaman melawan Houthi yang didukung Iran.
Pemerintah Al-Sudani adalah yang pertama di Irak sejak 2005 yang tidak memberikan jabatan dari blok politik ulama Syiah berpengaruh Muqtada al-Sadr. Konfirmasi Kabinet baru pekan lalu mengakhiri kebuntuan politik selama setahun yang diselingi oleh pecahnya kekerasan jalanan, saat al-Sadr menarik bloknya dari parlemen.
Pemerintah telah berjanji untuk memerangi korupsi, mempercepat rekonstruksi daerah yang rusak akibat konflik bersenjata, dan mengembalikan para pengungsi ke rumahnya. Al-Sudani juga menyerukan penghapusan senjata yang tidak terkendali yang dimiliki oleh pihak non-negara.
Al-Sudani juga berjanji untuk fokus pada pengembalian dana Irak yang dicuri. Dana ini kemungkinan telah ditransfer ke luar negeri dan dia akan mengadakan pembicaraan dengan pasukan pimpinan Amerika Serikat (AS) di Irak untuk memahami kebutuhan pasukan keamanan Irak. Ini termasuk kebutuhan pelatihan dan jumlah pasukan koalisi yang dibutuhkan.
Pasukan koalisi pimpinan AS telah secara resmi mengakhiri misi tempur di Irak. Namun Washington terus memainkan peran sebagai penasehat bagi pasukan Baghdad dalam perang melawan kelompok ekstremis seperti ISIS.