Betulkah Vaksin HPV Picu Kemandulan, Malah Bikin Perempuan Kena Kanker Serviks?
Vaksin HPV efektif mencegah kanker serviks.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinolog Dirga Sakti Rambe menyerukan agar masyarakat tidak termakan hoaks soal vaksin. Salah satunya terkait dengan vaksin HPV yang menyebabkan kemandulan.
Dr Dirga mengatakan bahwa vaksin human papillomavirus (HPV) tidak mengandung virus apapun. Vaksin tersebut aman bagi tubuh.
"Kandungan vaksin itu ada bahan aktif vaksin yang disebut antigen dan vaksin HPV tidak mengandung virus, jadi tidak mungkin orang kena kanker serviks kalau disuntik vaksin HPV," kata dr Dirga yang juga Founder Imuni itu dalam Kelas Jurnalis Pencegahan Kanker Serviks yang diikuti di Jakarta, Rabu (2/11/2022).
Dr Dirga menuturkan vaksin adalah zat yang menstimulasi sistem imunitas tubuh untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit secara spesifik. Vaksinasi adalah cara pencegahan suatu penyakit yang sudah terbukti secara ilmiah efektif untuk mencegah penyakit.
Pada vaksin HPV, menurut dr Dirga, penggunaannya hanya ditujukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks saja, bukan untuk penyakit lainnya. Imunisasi HPV nantinya akan memicu respons sistem kekebalan tubuh di mana vaksin akan membentuk kekebalan jangka panjang, yang biasanya didapat secara alami setelah penyembuhan penyakit infeksi.
"Orang kalau tidak divaksinasi, itu pasti sakit dulu, terinfeksi dulu baru punya kekebalan. Tapi kalau sudah divaksinasi, dia bisa punya antibodi sebelum terinfeksi," jelasnya.
Vaksin HPV sudah digunakan secara luas di seluruh dunia dan memiliki profil keamanan yang sangat baik. Vaksin itu juga terbukti dapat menekan kasus yang ada di dalam masyarakat. Berdasarkan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pula, vaksin HPV sangat baik untuk diberikan pada anak perempuan sebagai pencegahan utama kanker serviks.
Dr Dirga menyebutkan vaksin HPV memiliki tiga manfaat, yakni mencegah infeksi virus HPV tidak masuk ke dalam tubuh sama sekali dan kalau pun terpapar tetap tidak bisa masuk ke dalam tubuh. Kedua, bila virus telah masuk, ia tetap tidak bisa menyebar dan hanya berada di sekitar area lokal saja karena sudah ada antibodi dari vaksin HPV.
Ketiga, jika virus telanjur masuk ke dalam tubuh, vaksin membantu untuk tidak memberikan kesempatan bagi virus berkembang dan tubuh menjadi terlindungi. Berdasarkan penelitian, efektivitas vaksin HPV pun tinggi, yakni mencapai 90-100 persen.
Dr Dirga mengatakan masyarakat tidak perlu menunggu sakit terlebih dahulu untuk mendapatkan suntik vaksin HPV. Apalagi, vaksin sudah tersedia di banyak rumah sakit dan klinik, baik jenis bivalen maupun quadrivalent.
"Saya sangat menganjurkan masyarakat untuk proaktif berdiskusi dengan tenaga medis untuk memastikan perlindungan maksimal dari vaksin yang didapatkan," ujar dr Dirga yang juga dokter spesialis penyakit dalam itu dalam Kelas Jurnalis Pencegahan Kanker Serviks yang diikuti di Jakarta, Rabu (2/11/2022).
Sementara itu, dokter spesialis kandungan dan ginekologi Cindy Rani Wirasti menjelaskan kanker serviks tidak menimbulkan gejala pada penderitanya. Penyakit itu baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut.
Tanda-tanda kanker serviks pada seorang perempuan baru dapat dinyatakan setelah membuka vagina dengan spekulum. Dr Cindy mengatakan, meski tidak dapat dilihat secara kasat mata, kanker serviks dapat terlihat jika sudah mengalami keparahan.
Gejala kanker serviks antara lain munculnya daging pada sekitar vagina, keluarnya keputihan bercampur darah, dan vagina berbau. Lalu, penderita mengalami frekuensi buang air kecil meningkat, mudah lelah hingga nyeri saat berhubungan intim, dan ada bercak darah pada urine.
Oleh karenanya, dr Cindy mengimbau agar setiap perempuan yang sudah aktif melakukan hubungan seks untuk memeriksakan dirinya agar segera ditangani, disamping mendapatkan vaksin HPV. Ia mengatakan pemeriksaan tidak memerlukan waktu yang lama dan dapat dilakukan baik dengan pap smear ataupun tes IVA (inspeksi visual dengan asam asetat).
Pemeriksaan dianjurkan bagi perempuan yang sudah aktif berhubungan seksual dan sudah berusia di atas 21 tahun serta harus dilakukan secara rutin. Pemeriksaan tersebut sangat penting karena meskipun seseorang hanya mempunyai satu pasangan seks, tetap berpotensi tertular HPV apabila pasangannya telah terinfeksi HPV.
Dr Cindy berharap perempuan tidak lagi takut untuk melakukan kontrol dan mempercayai stigma dan mitos yang banyak beredar, seperti takut dicap gemar berganti pasangan dalam masyarakat.
"Selain itu, riwayat keturunan, pola hidup tidak sehat, penggunaan pil KB, hingga belum adanya proteksi dari vaksinasi HPV juga menjadi faktor utama penyebab kanker serviks," ucap dr Cindy yang juga anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) itu.