Terdapat 20 Kejadian Bencana Alam di Tasikmalaya Selama November
Intensitas kejadian bencana di Kabupaten Tasikmalaya diprediksi akan makin meningkat
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mencatat puluhan bencana alam terjadi selama November 2022. Mayoritas bencana alam yang terjadi di daerah itu merupakan tanah longsor.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Kurnia Trisna, mengatakan, total bencana alam yang terjadi di daerahnya sejak awal tahun mencapai lebih dari 300 kejadian. Sedangkan selama November 2022, sudah ada sekitar 20 kejadian bencana di Kabupaten Tasikmalaya.
"Tadi malam saja di Cigalontang ada longsor di lima titik, lalu di Puspahiang. Sebelumnya juga ada di Tanjungjaya sebanyak tiga titik," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Senin (14/11/2022).
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Pangandaran per Senin siang, total kejadian bencana di daerah itu sepanjang November berjumlah 20 kejadian. Sebanyak 13 kejadian tanah longsor, dua kejadian banjir dan banjir bandang, tiga kejadian angin kencang, dan dua kejadian bencana lainnya.
Ia mengatakan, intensitas kejadian bencana di Kabupaten Tasikmalaya diprediksi akan makin meningkat. Apalagi, di Kabupaten Tasikmalaya sudah terus terjadi hujan.
Kendati demikian, menurut Kurnia, saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya belum menetapkan status siaga darurat bencana. "Namun bidang pencegahan sudah menyebarkan surat ke kecamatan untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi musim hujan," kata dia.
Salah satu bencana alam yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya adalah tanah longsor, tepatnya di Desa Puspahiang, Kecamatan Puspahiang, pada Ahad (13/11/2022) sore. Tanah longsor di wilayah itu menutup jalan utama yang menghubungkan antara Kecamatan Puspahiang dengan Kecamatan Taraju, sehingga kendaraan roda empat maupun roda dua sempat tak bisa melintas.
Kurnia mengatakan, pihaknya telah melakukan penanganan untuk membersihkan material tanah longsor yang menutup jalan tersebut. Akses jalan kembali dapat dilalui pada Senin dini hari."Memang berdasarkan pemantauan di lapangan, wilayah itu memang masuk sebagai daerah rawan longsor. Jadi tanahnya labil. Di sepanjang jalan itu banyak tebing," kata dia.
Ia mengatakan, potensi terjadinya longsor di wilayahnya itu masih berpotensi kembali terjadi. Apalagi, kondisi di wilayah itu sering terjadi hujan. "Kadang, kita beres malam ini, besok bisa kejadian lagi. Sementara pencegahan belum bisa dilakukan, karena harus melakukan beberapa langkah," kata dia.
Menurut Kurnia, salah satu yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor di wilayah itu adalah melakukan penguatan lereng tebing. Namun, penguatan itu hsrus dilakukan dalam masa transisi pemulihan. "Kalau kami, bagian darurat saja. Itu kewenangan bidang rehabilitasi dan rekonstruksi," kata dia.
Sementara ini, ia mengungkapkan, langkah pencegahan yang dilakukan hanya berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menyiagakan alat berat di wilayah itu. Dengan begitu, penanganan dapat dengan cepat dilakukan ketika tanah longsor kembali terjadi di wilayah tersebut.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Puspahiang, Inspektur Satu (Iptu) Dedi Heryana, mengatakan, longsor di wilayah itu bukan merupakan yang pertama kali. Sekitar sebulan sebelumnya, tanah longsor juga sempat terjadi di wilayah tersebut. Namun, tanah longsor tak sampai menutup seluruh badan jalan. "Kalau yang menutup total, baru tadi malam," kata dia, saat dikonfirmasi Republika.
Menurut dia, pihak Muspika Kecamatan Puspahiang telah sudah siap siaga untuk menghadapi potensi kejadian bencana selama musim hujan. Pasalnya, Kecamatan Puspahiang merupakan salah satu wilayah rawan bencana di Kabupaten Tasikmalaya.