Anwar Ibrahim Cari Dukungan dari Kubu Lawan

Pemilu Malaysia yang berlangsung menghasilkan keputusan yang tidak pasti di parlemen.

AP/Vincent Thian
Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim menunjukkan salinan manifesto Pakatan Harapan (Aliansi Harapan) di sebuah hotel di Klang, Malaysia Rabu, 2 November 2022. Anwar Ibrahim mencari dukungan dari koalisi pejawat dalam upaya untuk mendapatkan keunggulan atas lawannya Muhyiddin Yassin.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mencari dukungan dari koalisi pejawat dalam upaya untuk mendapatkan keunggulan atas lawannya Muhyiddin Yassin. Pemilihan umum yang berlangsung menghasilkan keputusan yang tidak pasti di parlemen.

Baca Juga


Anwar mengatakan bertemu dengan beberapa pemimpin dari koalisi Barisan Nasional yang memimpin pemerintahan pada Senin (21/11/2022). Pertemuan itu  membahas kemungkinan aliansi, meski Anwar mengaku belum ada keputusan yang dibuat.

Politikus senior asal Malaysia ini mengatakan sangat senang dengan pembicaraan tersebut. "Saya puas karena negosiasi ini adalah tentang perlunya membentuk pemerintahan yang stabil dan inklusif. Saya masih sangat optimistis bahwa kita akan dapat membentuk pemerintahan," katanya.

Sedangkan Barisan Nasional, menurut Anwar, akan bertemu dengan blok politik lain sebelum mengambil keputusan. Koalisi Anwar kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan telah memasuki fase negosiasi serius dengan Barisan Nasional.

Ketidakpastian atas pemerintahan baru tampaknya akan bertahan setidaknya untuk satu hari lagi karena Raja Malaysia Tengku Abdullah memperpanjang tenggat waktu bagi kubu politik untuk membentuk aliansi hingga Selasa (22/11/2022). Hasil pemilu  pada (19/11/2022) tidak bisa memutus ketidakstabilan politik di negara Asia Tenggara yang telah memiliki tiga perdana menteri selama bertahun-tahun.

Aliansi Barisan yang dipimpin oleh partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) mengalami kinerja buruk dalam pemilu kali ini. Namun, kelompok yang telah lama menjadi kekuatan dominan di Malaysia ini akan memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang membentuk pemerintahan. Sebanyak 30 kursinya di parlemen adalah kunci bagi kedua kandidat untuk melewati 112 kursi yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas.

 

Jika UMNO mendukung Anwar akan menjadi perubahan haluan yang luar biasa bagi partai tersebut. Anwar meluncurkan gerakan reformasi antikorupsi ketika dia dengan sengit meninggalkan partai pada akhir 1990-an. Selama menjadi oposisi, Anwar menghabiskan satu dekade di penjara atas tuduhan sodomi dan korupsi, yang menurutnya bermotivasi politik. Koalisi multietnis Anwar juga menentang program aksi afirmatif untuk etnis Melayu yang diperjuangkan UMNO.

UMNO tampaknya terbagi atas kandidat yang akan didukung, dengan seorang anggota parlemen mengatakan pada Senin, bahwa dia tidak akan pernah mendukung Anwar bahkan jika itu berarti dipecat dari partai. Aliansi Perikatan Nasional Muhyiddin menegaskan kembali bahwa mendapat dukungan mayoritas, tanpa mengungkapkan dari mana dukungan itu berasal. Kelompok ini menegaskan telah mengajukan deklarasi dari 112 anggota parlemen.

Koalisi multi-etnis Anwar memenangkan jumlah kursi terbanyak dalam pemilihan dengan 82 kursi. Aliansi Muslim Melayu konservatif Muhyiddin mengambil 73 kursi, tetapi kemudian mendapatkan dukungan dari dua blok politik yang lebih kecil pada Ahad (20/11/2022), memberikannya kendali atas 101 kursi.

Bridget Welsh dari University of Nottingham Malaysia menyatakan, situasi kali ini merupakan pertanda baik bagi Anwar. "Anwar memimpin tapi itu bukan keunggulan besar," katanya.

 

Terlebih lagi, koalisi Anwar telah bermitra dengan Barisan Nasional untuk membentuk pemerintahan daerah di dua negara bagian yang juga mengalami pemilihan umum yang salah satu partai politik tidak memiliki suara mayoritas.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler