BRIN Manfaatkan Pengindraan Jauh Pantau Pertumbuhan Padi

Pemantauan pertumbuhan padi diimplementasikan dalam Siscrop 2.0.

ANTARA/Arnas Padda
Petani menyemprot tanaman padi di area persawahan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (30/9/2022). Pemerintah setempat mencatat penyusutan luas lahan pertanian di Kota Makassar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mencapai 600 hektare atau 22,77 persen dari yang tersisa sekitar 2.635 hektare, sehingga saat ini hanya tersisa 2.035 hektare akibat alih fungsi menjadi lahan pemukiman dan pembangunan gedung.
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memanfaatkan pengindraan jauh untuk mengembangkan sistem pemantauan pertumbuhan padi. Dengan begitu dapat mendukung pengembangan pertanian di Tanah Air.

Baca Juga


"Saat ini telah dilakukan pemantauan dengan data terra/aqua modis untuk pertumbuhan padi delapan harian dan menggunakan data sentinel 1 untuk pemantauan 15 harian," kata peneliti Pusat Riset Pengindraan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN M Rokhis Komaruddin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Rokhis menuturkan, sistem pemantauan pertumbuhan tanaman padi sudah diimplementasikan di Kementerian Pertanian dengan nama Siscrop 2.0. Lewat Siscrop tersebut, pengguna dapat memantau data pertumbuhan padi mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat kecamatan.

Melalui keberhasilan program pemantauan penanaman padi tersebut, periset BRIN, yakni tim yang dipimpin oleh Rokhis dan peneliti Pusat Riset Geospasial Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Rizatus Shofiyati memperoleh APRSAF Space Achievement Awards dari Forum Agensi Antariksa Regional Asia-Pasifik (APRSAF) 2022.

Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk capaian dari kontribusi yang diberikan dalam mendukung program APRSAF. Pemantauan penanaman padi merupakan salah satu aktivitas dari inisiatif Space Application For Environment (SAFE) yang berhasil di Indonesia.

"Keberhasilan program ini juga tidak terlepas dari dukungan BRIN, Kementerian Pertanian, JAXA, dan Universitas Tokyo," ujarnya.

Rokhis mengatakan, pemantauan pertumbuhan tanaman padi merupakan hal krusial untuk dilakukan agar dapat mengetahui perkembangan tanaman. Pemantauan tersebut juga akan memprediksi potensi gangguan seperti banjir, kekeringan dan hama penyakit dan dampaknya pada pertumbuhan padi.

Menurut dia, aplikasi tersebut saat ini menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan dari institusi terkait dalam memantau pertumbuhan padi secara berkala untuk menyukseskan pertanian.

"Ke depan kami berencana untuk meningkatkan program ini terutama dalam hal akurasi dan juga penyampaian informasi," ucap dia.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler