Pakar Soroti Tingginya Angka Kematian Covid-19 di Indonesia

Padahal subvarian XBB seharusnya tidak menyebabkan keparahan yang fatal.

Republika/Putra M. Akbar
Warga turun dari tangga di dekat mural Covid-19 di kawasan Bidara Cina, Jakarta. Kenaikan kasus Covid-19 berimbas ke kenaikan angka kematian akibatnya.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Direktur Penyakit Menular Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama melihat angka kematian warga karena virus Covid-19 harus diwaspadai. Pasalnya, tren kematian akibat Covid-19 di Indonesia lebih tinggi dari negara lain khususnya di Asia Tenggara.

Pada 8 Oktober 2022 angka kematian Indonesia di bawah 10 orang yaitu 6 orang yang wafat. Pada 22 November 2022 kemarin yang meninggal sudah naik lebih delapan kali lipat menjadi 51 orang, dan ini terjadi pada 7.644 kasus.

Sehingga, perbandingannya cukup tinggi, yaitu 51 banding 7.644, atau 0,66 persen. Perbandingan seperti ini tidak terjadi di negara lain.

Bila dibandingkan dengan Singapura misalnya, puncak kasusnya 11.934 orang pada 18 Oktober 2022 dan tertinggi yang meninggal 5 orang atau 0,04 persen. Artinya, meskipun kasus puncak harian lebih tinggi dari Indonesia, namun puncak jumlah meninggal jauh di bawah Indonesia.

Contoh lain adalah Malaysia, yang jumlah kasus puncaknya adalah 4.621 orang pada 6 November 2022, tapi yang meninggal tertinggi adalah 15 orang atau 0,32 persen. Tentunya, angka persentase kematian Indonesia jelas lebih tinggi.

"Jadi jelas persentase kematian di negara kita lebih tinggi dari negara tetangga. Di kita jumlah yang meninggal yang sudah lebih 50 orang, dan persentasenya lebih tinggi dari negara tetangga," kata Tjandra dalam pesan singkat, Rabu (23/11/2022).

Padahal sub varian XBB ini adalah bagian dari Omicron yang harusnya tidaklah terlalu berat. "Tetapi entah kenapa di kita menimbulkan angka kematian naik cukup tinggi. Ini harus diantisipasi segera," tegas Tjandra.

Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas Indonesia, Pandu Riono mengatakan dari 60 persen jumlah kasus Covid di Indonesia sudah didominasi subarian XBB di Indonesia. Pandu menilai saat ini sudah Indonesia sudah masuk di puncak varian Omicron.

"Sekarang sudah di puncak Omicron (XBB), kemungkinan juga bisa lahir varian baru lagi selain dari XBB," kata Pandu.

Adapun kematian yang terjadi pada saat ini didominasi oleh mereka yang belum mendapatkan vaksin serta kelompok lanjut usia (lansia). Oleh karena itu pemerintah dan segala pihak harus terus mendorong agar masyarakat segera melengkapi vaksinasi Covid-19.

"Omicron itu tidak membuat kita parah atau kematian karena kita punya imunitas dari vaksinasi Covid-19. Sehingga memang vaksinasi booster perlu dilakukan karena bisa meningkatkan antibodi di tengah kasus Covid-19 terus meningkat, serta banyaknya varian bermunculan," ujar Pandu.


Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler