Studi Ungkap Sepeda Listrik Lebih Baik dari Sepeda Konvensional
Pengendara sepeda listrik merasa lebih gembira dibandingkan sepeda kayuh.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Popularitas sepeda listrik terpantau terus melonjak selama dekade terakhir. Salah satu kesuksesan terbesar dari transportasi alternatif tersebut adalah memunculkan kelompok masyarakat baru yang menggemari pemakaiannya.
Sebuah studi menyebut sepeda listrik lebih menyenangkan dan efisien daripada sepeda kayuh. Penelitian berjudul “It’s electric!" itu mengukur pengeluaran energi dan perbedaan persepsi antara sepeda kayuh dan sepeda listrik, terbit di Journal of Transport & Health.
Tim peneliti membandingkan pemakaian sepeda pedal dengan sepeda listrik dari program berbagi sepeda, di mana para peserta studi diminta menempuh perjalanan selama satu jam menggunakan dua jenis sepeda yang ada. Setiap sepeda sudah ada dalam kondisi terbaik.
Sepanjang perjalanan, dilakukan pemantauan detak jantung peserta dan kecepatan sepeda. Tingkat pengerahan tenaga dilaporkan peserta pada empat interval waktu. Di akhir perjalanan, peserta melaporkan tingkat kesenangan, kesulitan, dan kelelahan.
Sebelumnya, peserta menjalani tes kebugaran dan penilaian komposisi tubuh terlebih dahulu. Hasilnya, pengguna sepeda elektrik memakai energi 13 persen lebih sedikit daripada sepeda kayuh. Kesenangan memakai sepeda elektrik dilaporkan 21 persen lebih tinggi daripada sepeda kayuh.
Memang tidak mengejutkan bahwa sepeda elektrik lebih menghemat tenaga dan waktu daripada sepeda pedal. Itu karena adanya motor listrik sebagai alat bantu geraknya. Laporan pengguna soal kesenangan memakai sepeda listrik bisa jadi karena kemudahan itu.
Diukur pada skala Likert 1 hingga 5, pengendara sepeda listrik melaporkan tingkat kesenangan rata-rata yang lebih tinggi (4,6) daripada pengendara sepeda pedal (3,8). Skala Likert adalah bentuk skala untuk mengukur data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Walaupun menarik, hasil studi ini juga harus dilihat dalam batas-batas ilmiah. Hal yang menjadi catatan adalah ukuran sampel kecil (hanya 15 orang), sehingga sebagian besar ahli statistik menyangsikan hasilnya bisa menjadi kesimpulan untuk populasi yang lebih luas.
Studi tersebut juga tidak memberikan detail tentang jenis sepeda listrik yang digunakan atau tingkat kekuatannya. Selain itu, penelitian menggunakan bentuk analisis konsumsi energi yang relatif sederhana, yakni berdasarkan data detak jantung.
Dalam beberapa tahun terakhir, sepeda listrik semakin kerap menjadi subjek penelitian ilmiah. Sejumlah studi berupaya membantu memperbaiki kesalahpahaman mengenai moda transportasi itu dan mengungkap data baru yang menarik tentang sepeda listrik.
Misalnya, kesalahpahaman umum bahwa sepeda listrik tidak menawarkan manfaat olahraga. Faktanya, sederet penelitian malah menunjukkan bahwa sepeda listrik membuat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu untuk latihan fisik. Itu karena pengguna sepeda listrik rata-rata bersepeda lebih lama daripada sepeda kayuh, dikutip dari laman Electrek, Jumat (25/11/2022).