Studi: Wanita Muslim India Sulit Dapat Pekerjaan Akibat Diskriminasi

Studi mengungkap tantangan, diskriminasi, dan bias yang dihadapi wanita Muslim.

EPA-EFE/JAGADEESH NV
Gadis Muslim India memperbaiki poster sebelum diskusi panel bertema Hijab (jilbab) bertema Memetakan Ajaran Misoginis dan Perlawanan Wanita, yang diselenggarakan oleh Front Kampus India, di Bangalore, India, 12 April 2022. Studi: Wanita Muslim India Sulit Dapat Pekerjaan Akibat Diskriminasi
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Baru-baru ini sebuah studi yang diterbitkan kelompok riset LedBy Foundation India merinci diskriminasi yang dihadapi oleh perempuan Muslim India dalam angkatan kerja. Penelitian ini menyebutkan hanya setengah dari wanita Muslim yang cenderung mendapatkan panggilan telepon untuk kerja jika dibandingkan dengan wanita Hindu.

Baca Juga


Seorang wanita Muslim berusia 22 tahun yang tinggal di New Delhi, Azba Rahman telah melamar puluhan pekerjaan pada 2019. Tetapi setiap kali melamar kerja dia ditolak. 

Azba memiliki gelar di bidang Administrasi Bisnis dan merupakan anggota aktif grup WhatsApp yang memberikan informasi dan nasihat kepada lulusan baru di India yang mencoba mencari pekerjaan. Azba tahu dari kualifikasinya dia lebih berkualitas daripada kebanyakan orang. 

"Setelah beberapa saat, saya mulai menyadari mereka yang kurang berpengalaman akan dipanggil untuk wawancara, tapi tidak satupun dari mereka adalah Muslim," kata Azba, seperti dilansir The New Arab, Senin (28/11/2022).

Bahkan menurutnya seorang wanita Muslim yang melamar kerja tidak akan mendapatkan email konfirmasi atau balasan tindak lanjut. “Kepercayaan diri saya mulai menurun, saya pikir saya tidak mampu. Saya tidak bisa menjelaskan kepada orang tua saya apa yang terjadi,” tambahnya.

Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan pada Juni 2022 oleh LedBy Foundation, sebuah inkubator kepemimpinan yang berfokus pada pengembangan profesional Muslim tampaknya telah membuktikan kekhawatirannya. Studi tersebut mengungkap tantangan, diskriminasi, dan bias yang dihadapi wanita Muslim dalam proses perekrutan. Studi ini fokus pada contoh di mana wanita Muslim memiliki kualifikasi yang sama untuk pekerjaan itu. 

Untuk membuktikannya, LedBy Foundation membuat dua CV yang hampir identik, untuk peran tingkat pemula di India. Profil tersebut memiliki perguruan tinggi yang serupa, kota yang serupa, dan keterampilan yang serupa. Satu-satunya perbedaan adalah nama mereka, yang satu memiliki nama Muslim yaitu Habiba Ali, dan yang lainnya beragama Hindu, Priyanka Sharma.


Selama 10 bulan, LedBy Foundation mengirimkan 2.000 lamaran kerja ke 1.000 lowongan pekerjaan di situs pencarian kerja seperti LinkedIn dan Naukri.com, dengan dua profil dummy tersebut.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah memastikan persentase diskriminasi bersih, dengan menggunakan jumlah tanggapan positif untuk kedua kandidat. Dari 1.000 lowongan yang dilamar, Priyanka mendapat 208 tanggapan positif, sedangkan Habiba mendapat 103 tanggapan positif. Penelitian menunjukkan untuk setiap tanggapan positif yang diperoleh seorang perempuan Muslim saat melamar pekerjaan, seorang perempuan Hindu mendapat kira-kira dua tanggapan positif.

Ditemukan tingkat diskriminasi bersih untuk wanita Muslim India relatif terhadap wanita Hindu sebesar 47,1 persen dan perbedaan besar antara panggilan balik untuk wanita Muslim dan Hindu. Lubna Rahman seorang wanita Muslim calon dokter gigi berusia 28 tahun dan pemakai jilbab melamar pekerjaan di klinik melalui sarana online dan fisik.

Lubna tidak pernah mendapat panggilan balik dari klinik tempat dia muncul secara fisik, meskipun wawancara awal berjalan dengan baik. Dalam satu contoh, ketika Lubna melamar pekerjaan di Maharashtra barat, Lubna diberi tahu dia tidak memiliki kesempatan. 

"Saya melakukan percakapan yang baik dengannya, saya pikir saya mendapatkan respons yang baik dari wawancara. Dia mengatakan kepada saya CV saya bagus, tetapi kemudian bertanya apakah saya akan mengenakan jilbab saat bekerja, dan apakah saya akan merasa nyaman melepasnya," katanya.

Lubna mengatakan kepada The New Arab dia mengenal banyak wanita Muslim India yang menghadapi diskriminasi halus, dan mereka sering diam. "Saya bahkan tahu perempuan yang harus menyerah memakai jilbab untuk mencari pekerjaan, saya tidak menyalahkan mereka karena mereka harus menghidupi diri sendiri," katanya. 

Wanita Muslim India sudah berada di belakang tingkat melek huruf nasional. Menurut UNESCO, tingkat melek huruf perempuan di India adalah 62,8 persen tetapi perempuan Muslim hanya sekitar 52 persen, salah satu yang terendah di India dalam hal demografi. Sensus penduduk tahun 2011 menyatakan 50 juta wanita Muslim berusia kerja (15-65 tahun) di India. Namun, 70 persen yang mengejutkan dari mereka terbatas pada pekerjaan rumah tangga dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 51 persen, sesuai penelitian.



BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler