Kuil di Thailand Kosong Setelah Empat Biksu Positif Pakai Narkoba

Empat biksu, termasuk kepala biara dinyatakan positif menggunakan narkoba

AP/Anuthep Cheysakron
Sebuah kuil atau vihara Buddha kecil di Thailand dibiarkan tanpa biksu setelah empat biksu dipecat karena gagal dalam tes narkoba
Rep: Fergi Nadira B Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK - Sebuah kuil atau vihara Buddha kecil di Thailand dibiarkan tanpa biksu setelah para biksu dipecat karena gagal dalam tes narkoba. Empat biksu, termasuk kepala biara dinyatakan positif menggunakan metamfetamin di provinsi utara Phetchabun, Thailand.

Seorang pejabat lokal, Boonlert Thintapthai mengatakan, para biksu kemudian dibawa ke klinik kesehatan untuk menjalani rehabilitasi narkoba. Penggerebekan itu terjadi di tengah kampanye nasional untuk memberantas perdagangan narkoba.

Para biksu dilaporkan dikeluarkan dari kuil setelah polisi melakukan tes urin pada Senin (28/11/2022). Para pejabat tidak mengatakan apa yang membuat kuil tersebut menjadi perhatian polisi.

"Kuil sekarang kosong dari biksu dan penduduk desa terdekat khawatir mereka tidak dapat melakukan jasa," kata Thintapthai dikutip laman BBC, Rabu (30/11/2022).

Membuat jasa adalah praktik Buddhis yang penting ketika seorang hamba mendapatkan kekuatan perlindungan melalui perbuatan baik, yang dalam hal ini dengan memberikan makanan kepada para biksu. Kendati begitu Thintapthai mengatakan bahwa pejabat daerah telah meminta bantuan dari kepala biara setempat, yang telah berjanji untuk menugaskan beberapa biksu baru ke vihara di distrik Bung Sam Phan dalam upaya untuk mengatasi masalah para pemuda.

Dalam beberapa tahun terakhir, metamfetamin telah menjadi masalah besar di Thailand, dengan penyitaan obat tersebut mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada tahun 2021, menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan. Negara ini adalah titik transit utama untuk methamphetamine. 

Narkoba membanjiri negara itu dari Myanmar, produsen methamphetamine terbesar di dunia melalui Laos. Pil tersebut kemudian dijual di jalanan dengan nilai sekitar 50 Baht (1,40 dolar AS).

Bulan lalu, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha memerintahkan penghentian obat-obatan terlarang setelah seorang mantan polisi yang dipecat dari kepolisian karena kepemilikan methamphetamine menewaskan 37 orang dalam penembakan di sebuah tempat penitipan anak.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler