Puan: Jangan Pernah Merasa Perempuan tak Bisa Jadi Pemimpin
Puan membuktikan sendiri bahwa perempuan bisa jadi pemimpin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Puan Maharani mengingatkan perempuan untuk menjauhi pemikiran bahwa perempuan tidak bisa menjadi pemimpin. Puan sudah membuktikan bahwa perempuan bisa.
"Jangan pernah merasa bahwa tidak bisa jadi pemimpin kalian harus semangat karena saya sudah membuktikan kita bisa, kita mampu, kita pasti bisa, kita buktikan itu," katanya saat menyampaikan Orasi Ilmiah dalam acara Wisuda Program Sarjana dan Program Magister IV Tahun Akademik 2021/2022 Universitas Bung Karno di Jakarta, Rabu.
Puan menuturkan bahwa menjadi pemimpin perempuan akan membutuhkan kerja keras yang lebih karena selain harus membuktikan kualitas diri, pemimpin perempuan harus memenuhi tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu.
Ia mengingatkan agar perempuan tidak pernah lupa mengurus tanggung jawab di rumah. Ini karena perempuan hebat membutuhkan dukungan dari orang-orang yang ada di rumah.
"Kita tetap butuh dukungan dari yang ada di rumah tapi pasti bisa. Sudah ada contohnya, banyak ada Ibu Megawati pernah jadi Presiden pernah jadi Wakil Presiden, saya juga Menko pertama perempuan termuda, umur 40 tahun saya jadi Menko," ucapnya.
Puan pun bercerita bahwa ketika dirinya ditawarkan menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) dirinya mengaku belum mempunyai kemampuan. Namun Puan tetap menerima amanah tersebut dan bertekad menjadi Menko yang mampu mengatur delapan kementerian di bawahnya serta menjadi Menko termuda dengan usia di bawah 60 tahun.
"Alhamdulillah 5 tahun selamat, berhasil bisa mengkoordinasikan delapan kementerian di bawah saya, tidak pernah berantem yang maksudnya ketika bicara di publik tidak pernah beda-beda dan kita jalankan semua program pemerintah dengan baik. Umur tidak masalah, muda atau tua, laki-laki perempuan bisa jadi pemimpin," tutur dia.
Lebih lanjut Puan menyampaikan bahwa mulai 2022 hingga 2035, Indonesia mengalami 'Bonus Demografi' yang berarti Indonesia akan surplus SDM usia produktif. Surplus SDM usia produktif tersebut. Apabila tidak dibekali dengan kemampuan yang memadai, maka akan menjadi beban bangsa dan negara.
Dunia usaha dan dunia kerja di Indonesia saat ini, mengikuti tren yang berkembang, yaitu digitalisasi. Dalam era kemajuan teknologi informasi komunikasi, telah membuka berbagai kesempatan dan sekaligus persaingan yang tinggi.
Oleh karena itu, ia berharap para generasi muda mempersiapkan diri menghadapi persaingan, menghadapi risiko usaha, serta meningkatkan kualitas diri apapun pilihannya.
"Ekonomi digital, e-commerce, berkembang dengan pesat dan persaingan yang ketat. Selama Pandemi COVID-19, pemanfaatan ekonomi digital semakin luas dan membuka kesempatan bagi siapapun untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan sosial," jelas Puan.