Protes Kebijakan 'Zero-Covid' Kian Meluas
Protes 'zero-Covid' kian meluas ke Eropa, Asia, hingga Amerika Utara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Protes terhadap restriksi dan kebijakan zero-Covid tampak semakin menyebar luas. Aksi protes tak hanya terjadi di berbagai wilayah Cina, tetapi juga di belasan kota dunia.
Sejauh ini, aksi protes berskala kecil terhadap kebijakan zero-Covid Cina telah terjadi di kota-kota yang ada di Eropa, Asia, dan Amerika Utara. Sebagian dari kota tersebut adalah London, Paris, Tokyo, dan Sydney.
Aksi protes ini digerakkan oleh disiden ekspatriat dan juga pelajar. Aksi ini bertujuan untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga Cina yang terdampak oleh kebijakan zero-Covid.
"Ini adalah hal yang seharusnya saya lakukan. Ketika saya melihat banyak sekali warga Cina dan pelajar yang turun ke jalan, saya merasa mereka telah menanggung beban yang jauh lebih banyak dari kita," jelas mahasiswa S2 yang menjadi salah satu penyelenggara aksi protes di Paris bersama sekitar 200 orang, Chiang Seeta, seperti dilansir Independent, Rabu (30/11/2022).
Seorang jurnalis dari BBC, Edward Lawrence, turut meliput aksi protes terhadap kebijakan zero-Covid Cina yang berlangsung di Shanghai. Lawrence yang kini telah ditahan oleh pihak kepolisian sempat dipukul dan ditendang oleh petugas kepolisian.
Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, mengecam aksi yang dilakukan pihak kepolisian terhadap Lawrence. Sunak mengatakan perilaku tersebut mengejutkan dan tak dapat diterima.
Cina merupakan satu-satunya negara besar yang masih melanjutkan kebijakan lockdown, pengetesan Covid-19, dan karantina untuk melawan pandemi Covid-19. Sunak mengatakan, Inggris akan menyuarakan kekhawatiran kepada Cina mengenai respons mereka terhadap aksi protes yang berlangsung.
"Penangkapan jurnalis ini, yang hanya menjalankan pekerjaannya, mengejutkan dan tidak dapat diterima. Jurnalis harus bisa menjalankan tugasnya tanpa takut diintimidasi," lanjut Sunak.