Piala Dunia Qatar, Upaya Jitu Ubah Prespektif Masyarakat Barat tentang Islam 

Piala Dunia menjadi ajang mempromosikan keluhuran Islam

AP/Alessandra Tarantino
Replika raksasa Piala Dunia terlihat saat upacara pembukaan pertandingan sepak bola grup D Piala Dunia antara Prancis dan Australia, di Stadion Al Janoub di Al Wakrah, Qatar, Selasa, 22 November 2022.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar menjadi negara teluk pertama yang menggelar Piala Dunia sepak bola. Negara ini mempunyai sederet masjid besar untuk membangkitkan rasa ingin tahu para pengunjung selama agenda besar Piala Dunia.

Baca Juga


Salah satu contohnya adalah untuk pasangan Kanada Dorinel dan Clara Popa yang sedang mendengarkan adzan di sebuah masjid bergaya Ottoman di distrik budaya Katara Doha. 

Dikenal sebagai Masjid Biru Doha karena mosaik ubin biru dan ungu yang mewah di dindingnya. Seorang pemandu membawa pasangan itu berkeliling ke interior rumit yang didominasi lampu gantung raksasa.

Dorinel Popa, seorang akuntan berusia 54 tahun, mengatakan pasangan itu pertama kali melihat Islam.

"Kami berprasangka terhadap budaya dan orang-orang, karena kurangnya paparan terhadap orang lain,” katanya.

Istinya, seorang dokter berusia 52 tahun mengatakan pandangannya tentang Islam mulai berubah dengan melihat Qatar. 

"Kami memiliki beberapa pemikiran di kepala kami dan sekarang mungkin beberapa di antaranya akan berubah," tambah dia.

Lembaga The Qatar Guest Center yang mengawasi Masjid Biru, telah membawa puluhan pengkhotbah Muslim dari seluruh dunia ke Qatar untuk mengikuti turnamen tersebut. 

Di luar masjid terdapat buklet dalam berbagai bahasa yang menjelaskan Islam dan Nabi Muhammad SAW, bersama dengan kopi Arab dan kurma.

Relawan Suriah Ziad Fateh mengatakan Piala Dunia adalah kesempatan untuk memperkenalkan jutaan orang kepada Islam. Termasuk juga mengubah kesalahpahaman tentang agama yang banyak dikaitkan di Barat dengan radikalisme.

“Kami lebih banyak menjelaskan kepada masyarakat tentang etika, pentingnya ikatan kekeluargaan, dan menghormati tetangga dan non Muslim,” ujarnya.

Baca juga: Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat 

Di dekat masjid, para sukarelawan mengatur meja yang ditujukan untuk mengunjungi wanita dengan tanda bertuliskan: "Tanya saya tentang Qatar." Mereka yang singgah juga ditawari kopi arab.

Seorang relawan Palestina, Somaya, mengatakan sebagian besar pertanyaan menyangkut cadar, poligami, dan apakah perempuan ditindas dalam Islam.  

Pengunjung juga dapat menonton tur realitas virtual Islam selama lima menit. Kampanye ini sedang dilakukan di seluruh Qatar.

Kebahagiaan dalam Islam

Di Distrik Pearl, di mana banyak ekspatriat tinggal dan sering mengunjungi kafe dan restoran mahal, mural telah dilukis dengan kutipan dari Nabi Muhammad SAW yang mendesak moralitas yang baik. Pusat perbelanjaan kelas atas memasang iklan yang mempromosikan Islam.

Sedangkan di Pasar Souq Waqif, tempat ribuan penggemar berkumpul setiap hari, buku dan pamflet gratis ditinggalkan di salah satu gang dengan tulisan: "Jika Anda mencari kebahagiaan. Anda akan menemukannya dalam Islam," katanya.

Dekat Souq, Pusat Kebudayaan Islam Sheikh Abdulla bin Zaid buka 12 jam sehari untuk wisata. Beberapa pemimpin Muslim di Qatar telah menyerukan upaya untuk mengubah penggemar sepak bola yang berkunjung ke Islam.

Sultan bin Ibrahim Al Hashemi, seorang profesor hukum syariah di Universitas Qatar yang mengepalai stasiun radio Voice of Islam mengatakan Piala Dunia harus digunakan untuk menemukan mualaf baru serta melawan Islamofobia.

"Jika saya menemukan kesempatan, saya akan menawari mereka Islam dengan mudah dan anggun, dan jika saya tidak menemukan kesempatan, saya akan memberi tahu mereka bahwa Anda adalah tamu kami dan saudara kami dalam kemanusiaan," kata Sultan.

Namun dia juga menekankan bahwa Islam tidak menerima konversi melalui paksaan.

Unggahan media sosial mengklaim bahwa ratusan penggemar telah berpindah keyakinan, tetapi layanan pengecekan fakta AFP menunjukkan bahwa klaim tersebut palsu.

Seorang pejabat di kementerian wakaf keagamaan Qatar mengatakan kepada AFP bahwa tujuan negara bukanlah jumlah orang yang masuk Islam, melainkan jumlah orang yang mengubah pendapat mereka tentangnya. 

Fans mengatakan mereka menganggap ide konversi di Piala Dunia tidak masuk akal.

“Ini kesempatan bagus untuk belajar lebih banyak tentang Islam,” kata Petr Lulic, warga Kroasia berusia 21 tahun di Qatar bersama keluarganya.

 

"Tapi tidak ada yang memeluk agama baru selama turnamen sepak bola, " tambahnya.      

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler